Minggu, 17 Mei 2009

Warisan Rumsfeld Masih Membunuh Sipil Afghan


KABUL (Arrahmah.com) - Pembunuhan massal terakhir yang dilakukan tentara teroris AS terhadap warga sipil Afghanistan dilaporkan baru-baru ini merupakan akibat dari keputusan yang dibuat oleh mantan Sekretaris Pertahanan AS, Donald Rumsfeld.

Pada Sabtu (16/5), Rumsfeld diekspos sebagai pendiri brigade yang membunuh sedikitnya 150 sipil Afghanistan di daerah Farah pada minggu lalu dalam operasi yang mereka sebut dengan "perang melawan teror


Serangan-serangan di provinsi Farah yang membunuh sedikitnya 90 perempuan dan anak-anak, dilancarkan oleh Tentara operasi khusus AS (MarSOC). Mantan sekretaris pertahanan yang membentuk mereka secara diam-diam tiga tahun yang lalu.

Dalam serangan di Farah, Hillary Clinton menyatakan "penyesalan mendalam" dan berjanji akan memberi ganti rugi kepada keluarga korban.

Apakah ganti rugi dengan memberikan sejumlah uang mampu mengembalikan nyawa-nyawa mereka yang telah hilang?

Sejak invasinya di tahun 2001, militer AS telah berulangkali menyerang sipil Afghan dan membunuh ribuan sipil tersebut. Selain Afghanistan, militer terkutuk AS pun telah menghilangkan ratusan nyawa sipil Pakistan yang hidup di perbatasan sebagai akibat dari operasi militer yang mereka lancarkan. (haninmazaya/ptv/arrahmah.com) Selengkapnya...

Selasa, 12 Mei 2009

PROPAGANDA PAKISTAN

ISLAMABAD (Arrahmah.com) - Pakistan terus-menerus menyebarkan kebohongan kepada publik internasional dengan memberitakan berita palsu terkait "ketegangan" yang terjadi antara dirinya dengan mujahidin Taliban. Kini diberitakan lebih dari 700 mujahidin taliban berhasil mereka bunuh dalam serangan selama 4 hari.

Setelah mengirimkan pasukannya ke Lembah Swat dan distrik yang melingkupi daerah tersebut, Pakistan mulai mendapat pujian dari AS, jam malam diberlakukan dan penduduk sipil tidak dapat lagi bergerak bebas seperti sebelumnya.

Amerika Serikat sangat menekan pemerintah Pakistan karena pergerakan Taliban yang tiap hari semakin menguat, terlihat dari serangan-serangan yang mereka lancarkan di perbatasan dengan menargetkan tentara kafir AS dan sekutunya, juga serangan-serangan terhadap konvoy kendaraan pengangkut suplai untuk para tentara teroris tersebut yang selalu terjadi hampir di tiap harinya. Belum lagi Taliban mampu menerapkan syariat Islam di Lembah Swat yang mendapatkan apresiasi sangat tinggi dari masyarakat lokal. Inilah yang membuat AS cemas dan khawatir. Apalagi Pakistan termasuk salah satu negara yang memiliki senjata nuklir. AS berpikir, apa jadinya jika nuklir tersebut jatuh ke tangan Taliban? Tanpa nuklir saja, Taliban mampu melancarkan perlawanan yang dahsyat.

Akibat tekanan yang datang dari berbagai arah, akhirnya otoritas Pakistan mengirimkan angkatan perangnya ke Lembah Swat dan daerah yang berada dekat dengannya demi menyenangkan AS dan sekutunya. Ratusan tentara dikirimkan untuk "menghabisi" Taliban dan menendang Taliban keluar dari Pakistan.

Menteri Dalam Negeri Pakistan, Rehman Malik mengklaim lebih dari 700 militan berhasil dibunuh akibat serangan udara yang dilancarkan di beberapa bagian di Lembah Swat selama empat hari terakhir.

"Operasi akan terus berlanjut sampai Taliban berakhir," ujar Malik dengan angkuh. "Kami tidak akan memberikan mereka kesempatan," lanjutnya.

Namun, saksi mata dari penduduk lokal mengatakan, "Aku hanya melihat asap dan debu yang menyerupai kabut tebal di desa kami," ujar Jawad Khan salah seorang mahasiswa yang tinggal di daerah Kabal, Lembah Swat. "Aku tidak mengetahui adanya korban karena pandangan saat itu benar-benar gelap dan saat malam diberlakukan jam malam."

Ia menambahkan, tentara Pakistan melakukan bombardir desa Dhada Hara pada Senin (11/5) pagi hari.

Militer Pakistan melancarkan serangan dari arah udara sejak Kamis minggu lalu dan entah apa yang membuat mereka yakin bahwa korban tewas adalah para mujahidin, entah bagaimana proses identifikasi yang mereka lakukan, padahal mereka tidak melakukan pertempuran dengan mujahidin secara langsung (face to face). Otoritas Pakistan secara diam-diam mengatakan bahwa banyak dari warga sipil yang menjadi korban tewas dan terluka, namun ini tidak dipublikasikan karena takut menyebabkan kemarahan publik.

Salah satu pejabat kepolisian Pakistan yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan ia tidak melihat adanya tubuh korban di sepanjang jalan dimana operasi militer Pakistan dilaksanakan.

Jika benar yang diucapkan oleh otoritas Pakistan bahwa terdapat korban tewas sekitar 700 orang dari kalangan mujahidin, mengapa mereka tidak mempublikasikan foto atau video yang dapat menguatkan argumentasi mereka? Mengapa mereka tidak menunjukkan kepada media tubuh-tubuh korban yang telah mereka identifikasi sebagai "militan"? Sungguh benar-benar pemerintahan yang lemah, yang hanya bisa menyebarkan propaganda tidak bermutu kepada media-media internasional. (haninmazaya/AP/arrahmah.com) Selengkapnya...

PKS Inginkan Keterwakilan Umat dalam Pemerintah Yudhoyono (???)

JAKARTA (Arrahmah.com) - Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring mengatakan, Cawapres PKS menginginkan adanya keterwakilan Ummat dalam Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

"Untuk Cawapres PKS menginginkan adanya keterwakilan ummat dalam pemerintahan SBY ini," kata Tifatul dalam pesan singkatnya yang diterima di Jakarta, Senin (11/5) malam.

Dahulu kombinasi Nasionalis-Islamis relatif stabil, seperti saat Abdurrahman Wahid (Gus Dur) berpasangan dengan Megawati atau Megawati berpasangan dengan Hamzah Haz.

"Dan ketika SBY dengan Jusuf Kalla (JK), maka JK dipandang sebagai perwakilan ummat," ujar Sembiring.

Dia menambahkan, Cawapres sebaiknya diambil dari partai politik, maka mesin partai akan berjalan optimal.

Menurut Presiden PKS, keterwakilan wilayah Jawa dengan luar Jawa patut dipertimbangkan.

Terkait dengan koalisi antar parpol, PKS tetap membuka diri untuk berkoalisi dengan partai manapun, yang memiliki visi yang sama untuk membangun dan memajukan Jakarta.

"Selama tuntutannya adalah agar kita sama-sama membangun Jakarta, PKS setuju 100 persen. Mari kita bersatu membangun Jakarte, tapi kalau mintanya duit, kaga ade," ujarnya.

Sebelumnya, menanggapi adanya pertemuan antara Tim 5 PKS dengan Tim 9 dari Partai Demokrat (PD) di Jakarta, Senin (20/4).

Menurut Tifatul, pertemuan dengan Tim 9 PD merupakan bagian dari komunikasi politik yang dijalankan partai terhadap semua parpol peserta pemilu.

"Belum ada tanda tangan resmi koalisi atau kesepakatan tertulis apa pun," ujar Tifatul.

Dia menjelaskan, sidang majelis syuro adalah forum musyarawah tertinggi dalam partai sebagai sarana mengambil keputusan strategis kepartaian.

Sidang majelis syuro terdiri dari 99 orang anggota yang merupakan perwakilan dari 33 provinsi yang ada di Indonesia.

"Majelis syurolah nanti yang memutuskan sikap partai untuk koalisi, capres/cawapres, dan lain-lain. Putusan ini wajib dijalankan pengurus DPP," jelas Tifatul.

Kendati demikian, Tifatul melanjutkan, pertemuan dengan Tim 9 PD bukan pula diartikan sebagai pertemuan tanpa makna.

Pertemuan yang mendiskusikan pandangan politik PKS dan PD lebih menitikberatkan pada pembentukan pemerintahan yang kuat di masa mendatang.

"Paling tidak lima tahun ke depan." Bagi PKS, pemerintahan yang kuat adalah pemerintahan yang dikendalikan sepenuhnya oleh presiden dengan tujuan-tujuan politik untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat serta optimalisasi terhadap pelayanan publik.

"Konstitusi merujuk pada pemerintahan presidensiil, artinya kekuasaan mutlak berada di tangan presiden. Para pembantu kerja presiden tentu harus memahami prinsip ini, termasuk menteri dan wapres," papar Tifatul.

Dia melanjutkan, prinsip-prinsip yang harus dipenuhi untuk menguatkan sistem pemerintahan presidensiil menjadi proposal utama PKS dalam menjalin komunikasi dengan parpol lain.

PKS tidak berada pada posisi menawar-nawarkan kandidat cawapres atau figur-figur calon menteri yang akan duduk di kabinet. "PKS tak ingin terjebak dalam praktik politik bagi-bagi kekuasaan," tandas Tifatul. (Althaf/antara/arrahmah.com) Selengkapnya...

Senin, 11 Mei 2009

Jamestown: Shaykh Abu Yahya al-Libi on Pakistan’s Criminal Army

A 29-page Arabic-language book entitled Sharpening the Blades in the Battle Against the Government and Army of Pakistan was released by al-Fajr Media Center on April 30. The author is Abu Yahya al-Libi, a leading al-Qaeda ideologue and Pakistan-based member of al-Qaeda’s core leadership.

Most of Abu Yahya’s work is dedicated to vilification of Pakistan’s security services, and condemning the army, intelligence agencies and police as collaborators in “the non-believer alliance that is waging war on the religion of Islam”, saying “They have established military bases and private air spaces for the various types of aircrafts of the disbelievers. They have facilitated and protected their supply lines and set up prisons to detain the monotheist believers…There is no doubt after this that this criminal army is an accomplice to the Christian armies in the crimes they carry out. They are their accomplices, and the punishment will be jihad against them.”

Abu Yahya calls on scholars of religion to promote jihad in preparation for a decisive battle against the disbelievers. “This is an invitation for the virtuous scholars of Pakistan and their righteous proselytizers to recognize the responsibility they have in inciting the believers to fight, and that the day of epic and dire meeting is coming, regardless of how hard we try to postpone or avoid it.”

The al-Qaeda leader outlines three reasons to fight the Pakistani military and “the rest of the institutions that are considered the pillars of their tyranny”:

1. Islamic scholars are agreed that non-believing rulers must be removed from power. “The non-believer (whether he is a non-believer to begin with or an apostate) is an object of humiliation and contempt, inferiority and lowliness.” Abu Yahya insists that Salafists have always taken the lead in preventing non-believers from assuming power in Muslim communities. Abu Yahya takes care to present the arguments made by famous religious scholars in support of overthrowing non-believers, relying heavily on the works of Hanafi scholars (the dominant school of Islamic jurisprudence in Pakistan) such as Abu Bakr al-Jassas al-Hanafi (d.961), Imam Ja’afar Al-Tahawi (d.935) and Ali ibn Sultan al-Qari (d.1605).

According to Abu Yahya, the president of Pakistan is just another in the line of non-believers, arguing, “If Muslims in Pakistan are ordered by the Shari’a to remove those non-believing and corrupt rulers, it will be achieved only through fighting their army and intelligence services that defend and protect them, strengthen their power, stand in the path of Muslims, and prevent them from fulfilling their duty.” Abu Yahya dismisses the idea that the army provides collective security to the Muslim community and should not be fought as contradictory. “How would [Shari’a] order us to disavow a non-believer’s rule over us and at the same time forbid us from that because the non-believing ruler’s group that defends him pretends to be Muslim, or is Muslim?” Abu Yahya notes the Pakistani armed forces are a volunteer force and thus their members are legitimate targets for the mujahideen.

2. The Pakistan Army rejects Islamic law. Abu Yahya says the army and intelligence services do not abide by most Islamic teachings and use all their power to prevent the implementation of Shari’a.

Abu Yahya makes numerous appeals for believers to attack NATO supply lines running through Pakistan. “[The government] opened the doors of supplies to the occupying enemy so that now more than 80 percent of its military, logistics and other supplies come through Pakistan, under the protection of the Pakistani army… These forces guarded their convoys, military bases, and secret prisons, and were used to pursue the mujahideen wherever they are- directly handing them over to Christian America to violate their honor and desecrate the book of God before their eyes to spite them.”

3. The Pakistan Army is an enemy that assaults Islam and must be fought. Abu Yahya accuses the military and the security services of Pakistan of invading homes, demolishing houses and torturing men and women. “It is needless to wait for them to launch a new assault. I want to emphasize that it is imperative for people to be compelled to fight these sects [i.e. the security services]. The fight is not limited to Waziristan, Peshawar, Suhat or other places, but extends to every speck of Pakistani territory.” Abu Yahya sees no difference between the current situation and that encountered at the time of the “apostate communist Russian occupation of Afghanistan.” With Pakistani forces clearly allying themselves with the “Christian Crusaders and their helpers,” the al-Qaeda ideologue concludes there is no law that would prevent Muslims from fighting them.

Condemning the government’s decision to allow Shari’a rule in Swat, Abu Yahya insists this is nothing less than an admission that the rest of Pakistan is not ruled by Shari’a and that the armed forces were fighting Muslims in Swat with the intention of preventing the implementation of Islamic law. Pakistan’s army “was established and founded not to implement Shari’a, as they claim, but to prevent it; not to help those seeking to implement it, but to fight them and not remove non-Islamic rulers, but to strengthen them and fight with them.” Selengkapnya...

Jumat, 08 Mei 2009

SEKOLAH BAGI ANAK

KEMANA MENYEKOLAHKAN ANAK?-3/3-


Oleh
Al-Ustadz Aunur Rofiq Ghufron




BAHAYA PENDIDIKAN SEKULER
Yang dimaksud pendidikan sekuler ialah pendidikan yang tidak memperhatikan ilmu dienul Islam, atau tidak berasaskan Islam.

Adapun bahayanya banyak sekali, bahaya pengajarnya, materinya, dan pergaulannya.

Bahaya Pengajar
Pada umumnya pengajarnya tidak mengenal aqidah yang benar, atau bodoh terhadap ajaran Islam, dan boleh jadi mereka orang kafir atau musyrik atau orang yang memusuhi Islam, itu semua karena latar belakang pendidikan mereka sebelumnya.

Perhatikan dosen yang mengajar di perguruan tinggi agama Islam dan lainnya. Tentu hal ini akan berbahaya bila penuntut ilmu tidak memiliki aqidah dan syari’at Islam yang benar. Penuntut ilmu (mahasiswa) yang memiliki pengetahuan yang haq pun segan menegur kesalahan pengajarnya karena khawatir tidak lulus. Adapun siswa uang kuat imannya, tentu tidaklah betah bergaul dengan mereka karena Allah Azza wa Jalla menanamkan iman di hati mereka. Lihat surat Al-Hujurat : 7

Bahaya Materinya
Boleh jadi materi yang diajarkan termasuk perkara yang dilarang menurut ajaran Islam karena berkenaan dengan aqidah dan akhlak, atau membahayakan jasmani dan rohaninya. Maka siswa yang tidak mengenal ajaran Islam yang kaffah tentu sulit untuk menghukumi materi itu boleh dipelajari atau tidak.

Bahaya Pergaulan
Biasanya, pendidikan umum tidak memperhatikan pergaulan siswa dan siswinya, mereka bercampur menjadi satu tanpa ada hijab (pembatas,-red) yang menghalanginya, bahkan pengajarnya campur laki-laki dan wanita. Padahal melihat wanita yang bukan mahramnya hukumnya haram (lihat surat An-Nur : 30-31), apalagi bergaul bebas bertatap muka, sentuh-menyentuh, berkhalwat, dan bepergian tanpa mahram. Tentu dosanya lebih besar daripada manfaat ilmu yang diperolehnya. Perhatikan sekolah kedokteran dan perkuliahan di jurusan lainnya, zina mata, telinga, mulut, tangan, dan kaki, setiap hari menjemputnya. Siapakah yang bertanggung jawab bila musibah telah menimpa? Siapakah yang bertanggung jawab di akhiratnya?

Adapun bahaya lain, mereka akan meninggalkan menuntut ilmu dienul Islam dan ibadah kepada Allah Azza wa Jalla karena mereka sibuk dengan ilmu duniawinya. Bahkan, boleh jadi akan memerangi Islam dan ulamanya.

SYUBHAT DAN BANTAHAN
Diantara syubhat (keragu-raguan, red) yang tersebar di kalangan masyarakat, mereka menyekolahkan anak ke sekolah umum dan melalaikan pendidikan aqidah shahihah sebagai berikut.

1). Mengikuti Orang-Orang Pada Umumnya.
Jiwa orang awam seperti terkena virus, kaidah mereka “yang ditiru banyak orang itulah yang baik”. Jika anak tidak masuk sekolah umum maka tidaklah dinamakan bersekolah, itulah aqidah mereka. Oleh karena itu, mereka berebut supaya anaknya diterima di sekolah negeri atau sekolah swasta yang berstatus disamakan –minimlahnya yang diakui-. Padahal prinsip “umumnya” tidak menjamin baik, dan itulah kenyataannya.

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah …” [Al-An’am : 116]

2). Khawatir Tidak Dapat Pekerjaan
Seharusnya orang Islam khawatir apabila dia dan anaknya tidak bisa menuntut ilmu dienul Islam dan tidak memiliki aqidah yang shahihah karena nikmat ini tidak semua orang meraihnya, berbeda dengan kenikmatan berupa rezeki, semua hamba-Nya –yang beriman ataupun kafir- dijamin pasti menerimanya (lihat surat Hud : 6), apalagi mereka mau menuntut ilmu dien dan bertaqwa, niscaya Allah Azza wa Jalla membuka rezekinya dari langit dan bumi (lihat surat Al-A’raf : 96) dan niscaya Allah mengangkat derajatnya (lihat surat Al-Mujadilah : 11).

3). Orang Islam Harus Kaya
Prinsip “orang Islam harus kaya” bukanlah tujuan hidup orang yang beriman, akan tetapi prinsipnya orang kafir. Tujuan hidup yang benar adalah beribadah kepada Allah Azza wa Jalla (lihat surat Adz-Dzariyat : 56). Agama Islam tidak melarang orang menjadi kaya, akan tetapi meninggalkan pendidikan Islam untuk mencari kekayaan adalah merusak aqidah dan moral (lihat surat At-Takatsur : 1) dan Al-Humazah : 1-2), bahkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak khawatir apabila umatnya miskin, akan tetapi khawatir bila umatnya kaya

Dari Abu Ubaidah Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Maka demi Allah, tidaklah aku khawatir bila kamu itu fakir, akan tetapi aku khawatir bila kamu dilapangkan urusan duniawimu sebagaimana orang sebelummu, lalu kamu berlomba-lomba mengejarnya seperti mereka, lalu kamu hancur seperti mereka” [HR Bukhari 2924, Muslim 5261]

4). Kemunduran Kaum Muslimin Karena Faktor Ekonomi
Kami tidak mengigkari bahwa ekonomi penunjang kekuatan kaum muslimin sebagaimana kekuatan kaum muslimin sebagaimana disebutkan di dalam surat Al-Anfal : 60. Akan tetapi, semata-mata mengejar urusan dunia tanpa dilandasi aqidah yang benar, tidaklah memakmurkan Islam, justru sebaliknya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kehancuran kaum muslimin karena umatnya ambisi dunia, bukan karena mengejar ilmu Sunnah.

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Apabila kamu senang jual beli dengan sistem ‘inah (membeli secara kredit lalu dijual tunai kepada penjual dengan harga lebih murah) dan kamu sibuk dengan memegang ekor sapimu dan kamu lebih menyukai kebunmu, dan kamu tinggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kehinaan pada dirimu, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak mencabut kehinaan ini sehingga kamu berpegang kepada agamamu” [HR Abu Dawud : 303, lihat Ash-Shahihah : 11]

Hadits ini menjawab syubhatnya hizbiyyin dan harakiyyin yang punya prinsip seperti di atas, mereka ingin mengajak umat untuk meraih izzah, tetapi dengan cara menghinakan umat

Akhirnya semoga kita semua senantiasa mendapat perlindungan dan hidayah-Nya. Selengkapnya...

BAHAYA RIYA'

Oleh
Syaikh Husain bin Audah Al-Awayisyah



IKHLAS UNTUK ALLAH TA’ALA [1]
Apa syarat diterimanya amal?
Sebelum anda melangkah satu langkah –wahai saudaraku muslim- hendaklah anda mengetahui jalan untuk merengkuh keselamatanmu. Janganlah anda memberati diri dengan amalan-amalan yang banyak,. Karena, alangkah banyak orang yang memperbanyak amalan, namun hal itu tidak memberikan manfaat kepadanya kecuali rasa capai dan keletihan semata di dunia dan siksaan di akhirat. [2]

Maka, sebelum memulai semua amalan, hendaklah anda mengetahui syarat diterimanya amal. Yaitu harus terpenuhi dua perkara penting pada setiap amalan. Jika salah satu tidak tercapai, akibatnya amalan seseorang tidak ada harapan untuk diterima. Pertama : Ikhlas karena Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kedua : Amalan itu telah diperintahkan Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam Al-Qur’an, atau dijelaskan oleh Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan sunnahnya, dan mengikuti Rasulullah dalam pelaksanaannya.

Jika salah satu dari dua syarat ini rusak, perbuatan yang baik tidak masuk kategori amal shalih dan tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pernyataan ini ditunjukkan oleh firman Allah Ta’ala.

“Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabbnya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabb-nya” [Al-Kahfi : 110]

Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan agar amal yang dikerjakan ialah amalan shalih, yaitu amal perbuatan yang sesuai dengan aturan syari’at. Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan orang yang menjalankannya supaya mengikhlaskan amalan itu kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala semata, tidak mencari pahala atau pamrih dari selain-Nya dengan amalan itu.

Al-Hafiz Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya ; “Dua perkara ini merupakan rukun diterimanya suatu amalan. Yaitu, amalan itu harus murni untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala dan benar sesuai dengan petunjuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Keterangan serupa juga diriwayatkan Al-Qadhi Iyadh rahimahullah dan lainnya” [Tafsir surah Al-Kahfi].

PERINTAH IKHLAS, LARANGAN BERBUAT RIYA DAN SYIRIK [3]
Ketahuilah, wahai saudaraku muslim, bahwa semua amalan pasti terjadi dengan niat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Sesungguhnya semua amalan ini terjadi dengan niat, dan setiap orang mendapatkan apa yang dia niatkan” [4]

Dan dalam amal itu harus mengikhlaskan niat untuk Allah Ta’ala berdasarkan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.

“Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat ; dan yang demikian itulah agama yang lurus” [Al-Bayyinah : 5]

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman.

“Katakanlah : ‘Jika kamu menyembunyikan apa yang ada dalam hatimu atas kamu melahirkannya, pasti Allah mengetahui” [Ali-Imran : 29]

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga telah memperingatkan bahaya dari berbuat riya’, dalam firman-Nya.

“Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu” [Az-Zumar : 65]

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : Aku mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Allah Ta’ala berfirman ; “Aku sangat tidak membutuhkan sekutu. Barangsiapa beramal dengan suatu amalan, dia mneyekutukan selain Aku bersama-Ku pada amalan itu, Aku tinggalkan dia dan sekutunya” [HR Muslim, no. 2985]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Barangsiapa mempelajari ilmu yang dengannya dicari wajah Allah Azza wa Jalla, namun ia tidak mempelajarinya kecuali untuk meraih kesenangan dunia dengan ilmu itu, ia tidak akan mendapat aroma surga pada hari kiamat” [5]

RIYA DAN JENIS-JENISNYA [6]
Di antara jenis riya’ ialah sebagi berikut.

1). Riya Yang Berkaitan Dengan Badan
Misalnya dengan menampakkan kekurusan dan wajah pucat, agar penampakan ini, orang-orang yang melihatnya menilainya memiliki kesungguhan dan dominannya rasa takut terhadap akhirat. Dan yang mendekati penampilan seperti ini ialah dengan merendahkan suara, menjadikan dua matanya menjadi cekung, menampakkan keloyoan badan, untuk menampakkan bahwa ia rajin berpuasa.

2). Riya Dari Sisi Pakaian
Misalnya, membiarkan bekas sujud pada wajah, mengenakan pakaian jenis tertentu yang biasa dikenakan oleh sekelompok orang yang masyarakat menilai mereka sebagai ulama, maka dia mengenakan pakaian itu agar dikatakan sebagai orang alim.

3). Riya Dengan Perkataan
Umumnya, riya’ seperti ini dilakukan oleh orang-orang yang menjalankan agama. Yaitu dengan memberi nasihat, memberi peringatan, menghafalkan hadits-hadits dan riwayat-riwayat, dengan tujuan untuk berdiskusi dan melakukan perdebatan, menampakkan kelebihan ilmu, berdzikir dengan menggerakkan dua bibir di hadapan orang banyak, menampakkan kemarahan terhadap kemungkaran di hadapan manusia, membaca Al-Qur’an dengan merendahkan dan melembutkan suara. Semua itu untuk menunjukkan rasa takut, sedih, dan khusyu’ (kepada Allah, pent).

4). Riya’ Dengan Perbuatan
Seperti riya’nya seseorang yang shalat dengan berdiri sedemikian lama, memanjangkan ruku, sujud dan menampakkan kekhusyu’an, riya’ dengan memperlihatkan puasa, perang (jihad), haji, shadaqah dan semacamnya.

5). Riya’ Dengan Kawan-Kawan Dan Tamu-Tamu
Seperti orang yang memberatkan dirinya meminta kunjungan seorang alim (ahli ilmu) atau ‘abid (ahli ibadah), agar dikatakan “sesungguhnya si Fulan telah mengunjungi si Fulan”. Atau juga mengundang orang banyak untuk mengunjunginya, agar dikatakan “sesungguhnya orang-orang baragama sering mendatanginya”.

PERKARA YANG DISANGKA RIYA DAN SYIRIK, PADAHAL BUKAN !

1). Pujian Manusia Untuk Seseorang Terhadap Perbuatan Baiknya
Dari Abu Dzar, dia berkata : Ditanyakan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Beritakan kepadaku tentang seseorang yang melakukan amalan kebaikan dan orang-orang memujinya padanya!” Beliau bersabda : “itu adalah kabar gembira yang segera bagi seorang mukmin” [HR Muslim, no. 2642, Pent)

2). Giatnya Seorang Hamba Melakukan Ibadah Pada Saat Dilihat Oleh Orang-Orang Yang Beribadah
Al-Maqdisi rahimahullah berkata : Terkadang seseorang bermalam bersama orang-orang yang melaksanakan shalat tahajjud, lalu mereka semua melakukan shalat di sebahagian besar waktu malamnya, sedangkan kebiasaan orang itu melakukan shalat malam satu jam, sehingga ia pun menyesuaikan dengan mereka. Atau mereka berpuasa, lalu ia pun berpuasa. Seandainya bukan karena orang-orang itu, semangat tersebut tidak muncul.

Mungkin ada seseorang yang menyangka bahwa (perbuatan) itu merupakan riya’, padahal tidak mutlak demikian. Bahkan padanya terdapat perincian, bahwasanya setiap mukmin menyukai beribadah kepada Allah Ta’ala, tetapi terkadang banyak kendala yang menghalanginya. Dan kelalaian telah menyeretnya, sehingga dengan menyaksikan orang lain itu, maka kemungkinan menjadi faktor yang menyebabkan hilangnya kelalaian tersebut, kemudian ia dapat menguji urusannya itu, dengan cara menggambarkan orang-orang lain itu berada di suatu tempat yang dia dapat melihat mereka, namun mereka tidak dapat melihatnya. Jika dia melihat jiwanya ringan melakukan ibadah, maka itu untuk Allah. Jika jiwanya merasa berat, maka keringanan jiwanya di hadapan orang banyak itu merupakan riya’. Bandingkan (perkara lainnya) dengan ini” [7]

Aku katakan :
Kemalasan seseorang ketika sendirian datang masuk dalam konteks sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“(Sesungguhnya srigala itu hanyalah memakan kambing yang menyendiri), sedangkan semangatnya masuk ke dalam bab melaksanakan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“(Hendaklah kamu menetapi jama’ah) [8]

3). Membaguskan Dan Memperindah Pakaian, Sandal Dan Semacamnya
Di dalam Shahih Muslim, dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda.

“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya ada kesombongan seberat biji sawi”. Seorang laki-laki bertanya : “Ada seseorang suka bajunya bagus dan sandalnya bagus (apakah termasuk kesombongan?)”. Beliau menjawab : “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan menyukai keindahan kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia” [HR Muslim no. 2749, Pent]

4). Tidak Menceritakan Dosa-Dosanya Dan Menyembunyikan
Ini merupakan kewajiban menurut syari’at atas setiap muslim, tidak boleh menceritakan kemaksiatan-kemaksiatan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Semua umatku akan diampuni (atau : tidak boleh dighibah) kecuali orang yang melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan. Dan sesungguhnya termasuk melakukan kemaksiatan dengan terang-terangan, yaitu seseorang yang melakukan perbuatan (kemaksiatan) pada waktu malam dan Allah telah menutupinya (yakni, tidak ada orang yang mengetahuinya, Pent), lalu ketika pagi dia mengatakan : “Hai Fulan, kemarin aku melakukan ini dan itu”, padahal pada waktu malam Allah telah menutupinya, namun ketika masuk waktu pagi dia membuka tirai Allah terhadapnya” [HR Al-Bukhari, no. 6069, Muslim no. 2990, Pent]

Menceritakan dosa-dosa memiliki banyak kerusakan, (dan) bukan di sini perinciannya. Di antaranya, mendorong seseorang untuk berbuat maksiat di tengah-tengah hamba dan menyepelekan perintah-perintah Allah Ta’ala. Barangsiapa menyangka bahwa menyembunyikan dosa-dosa merupakan riya’ dan menceritakan dosa-dosa merupakan keikhlasan, maka orang itu telah dirancukan oleh setan. Kita berlindung kepada Allah darinya.

5). Seorang Hamba Yang Meraih Ketenaran Dengan Tanpa Mencarinya
Al-Maqdisi berkata : “Yang tercela, ialah seseorang mencari ketenaran. Adapaun adanya ketenaran dari sisi Allah Ta’ala tanpa usaha menusia untuk mencarinya, maka demikian itu tidak tercela. Namun adanya ketenaran itu merupakan cobaan bagi orang-orang yang lemah (imannya, Pent)” [9]

Demikian, beberapa penjelasan berkaitan dengan riya’. Semoga Allah Azza wa Jalla menjauhkan kita semua dari sifat buruk ini, baik dalam perkataan maupun perbuatan, serta semoga menjadikan kita termasuk orang-orang yang ikhlas dalam beramal.

Washallallahu ‘ala nabiyyna Muhammad wa ‘ala alihi washahbihi ajma’in.

__________
Footnotes
[1]. Diasadur dari Kitab Al-Ikhlas, Syaih Husain bin Audah Al-Awaisyah, Maktabah Islamiyyah, cetakan VII, Tahun 1413H-1992M halaman 9-10
[2]. Contoh dalam masalah ini adalah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa slam ; “Alangkah banyak orang yang berpuasa, namun ia tidak mendapatkan bagian dari puasanya kecuali lapar. Dan alangkah banyak orang yang shalat malam, namun ia tidak mendapatkan bagian dari shalat malamnya kecuali begadang” [HR Ibnu Majah, dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, dan dishahihkan oleh guru kami Syaikh Al-Albani dalam Shahihul-Jami, no. 3482]
[3]. Lihat kitab Al-Ikhlas, halaman 11-13
[4]. Bagian dari sebuah hadits di dalam dua kitab shahih
[5]. HR Abu Dawud dengan sanad yang shahih
[6]. Kitab Al-Ikhlas, halaman 63-67
[7]. Mukhtashar Minhajul Qashidin, halaman 234
[8]. Nash haditsnya ialah : “Tidaklah tiga orang tinggal di sebuah desa atau padang pasir, shalat (jama’ah) tidak ditegakkan pada diri mereka kecuali mereka akan dikuasai oleh setan. Maka hendaklah kamu menetapi jama’ah, karena sesungguhnya srigala itu hanyalah memakan kambing yang menyendiri” [HR Abu Dawud, dihasankan Syaikh Al-Albani, Pent]
[9]. Mukhtashar Minhajul Qashidin, halaman 218 Selengkapnya...

Kesalahan dalam penamaan dan istilah

Oleh
Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu



Kesalahan Pertama
Penisbatan isteri kepada suaminya, seperti : Suha Arafat, nisbat kepada suaminya. Ini merupakan suatu kesalahan, berdasarkan firman Allah subhanahu wa Ta’ala.

“Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka, itulah yang lebih adil pada sisi Allah “[Al-Ahzab : 5]

Yang benar ialah Suha bintu Fulan (nisbat kepada bapaknya)

Kesalahan Kedua
Penyebutan sesuatu tidak menggunakan nama yang sebenarnya menurut syar’i. seperti penyebutan riba bank diganti dengan faidah bank, khamr telah diberi nama dengan nama dan atau label yang banyak dan bermacam-macam, hingga ada yang menamainya minuman untuk membangkitkan semangat dan sebagainya, zina diganti dengan hubungan sex dan sebagainya.

Yang benar, seharusnya kita menyebut hal-hal tersebut berdasarkan apa yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala namakan. Karena dalam penamaan (yang Allah berikan tersebut) terdapat banyak faidah. Di antaranya, agar manusia mengetahui apa-apa yang telah diharamkan Allah, baik nama ataupun sifatnya. Sehingga mereka menjauhinya, setelah mengetahui bahaya dan ancaman siksa (bagi yang melanggar). Dan tidak timbul kesan meremehkan pada jiwa kita mengenai keharaman tersebut setelah namanya diganti.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba) maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasulnya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu ; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya” [Al-Baqarah : 278]

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman.

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamr, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian diantara kamu dengan sebab (meminum) khamr dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat, maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu)” [Al-Maidah : 90-91]
Kemudian firman-Nya.

“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk” [Al-isra : 32]

Kesalahan Ketiga
Penyebutan kata Al-Karm untuk anggur. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang menyebut anggur dengan kata Al-Karm. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Janganlah kalian namakan Al-Karm, tapi namakanlah al’inab dan al-hablah” [HR Muslim]

Kata Al-Inab dan Al-Hablah memiliki makna yang sama, yakni anggur. Beliau Shallallahu alaiahi wa salam juga bersabda.

“Mereka menyebut Al-Karm, sesungguhnya Al-Karm adalah hati seorang mu’min” [HR Al-Bukhari]

Beliau melarang hal ini disebabkan lafadz Al-Karm menunjukkan akan melimpahnya kebaikan dan manfaat pada sesuatu. Dan hati seorang mukmin lebih berhak untuk itu.

Kesalahan Keempat.
Berkun-yah dengan kun-yah Abul Hakam. Karena Al-Hakim adalah Allah. Maka, tidak boleh berkun-yah dengan kun-yah tersebut. Yang benar, kita berkun-yah dengan kun-yah yang disunnahkan, seperti Abu Abdillah, Abu Abdirrahman, Abu Abdil Hakam. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Sesungguhnya nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman” [HR Muslim]

Dalam hadits Al-Miqdam bin Syuraih bin Hani, ketika ia (yakni Hani) bersama kaumnya datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau mendengar mereka memberi kun-yah Abul Hakam kepadanya. Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggilnya, beliau berkata.

“Sesungguhnya Allah adalah Al-Hakam dan kepadaNyalah hukum kembali, maka mengapakah engkau berkun-yah dengan Abul Hakam? Ia (Hani) berkata, “Sesungguhnya jika kaumku berselisih, mereka mendatangiku lalu kuputuskan hukum diantara mereka hingga kedua belah pihak ridha atas keputusanku”. Beliau berkata, “Alangkah baiknya perbuatanmu, apakah engkau memiliki anak?” Ia menjawab, “Aku memiliki Syuraih, Abdullah dan Muslim. Beliau bertanya lagi, “Siapakah yang paling besar diantara mereka?” Ia menjawab, “Syuraih”. Beliau berkata, “Kalau begitu, engkau Abu Syuraih” [HR An-Nasa’i]

Kesalahan Kelima
Memberi nama dengan nama yang mengandung unsur tazkiyah (penyucian diri), seperti : Barrah (orang yang banyak berbakti), Khalifatullah (Khalifah Allah), Wakilullah (Wakil Allah), dan sebagainya.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang memberi nama Barrah. Beliau bersabda.

“Janganlah kalian mengatakan diri kalian suci, karena Allah lebih tahu siapa yang baik diantara kalian” [HR Muslim]

Yang benar, ialah memberi nama dengan nama-nama yang disyariatkan, seperti : Zainab, Asma, Abdullah, Abdurrahman. Ataupun nama para nabi, seperti ; Yusuf, Ibrahim dan sebagainya.

Yusuf bin Abdillah bin Salam Radhiyallahu ‘anhu mengisahkan

“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadiahkan nama Yusuf untukku. Beliau meletakkanku di pangkuannya dan beliau mengusap kepalaku” [HR Al-Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad, hal. 248]

Juwairiyah bintu Al-Harits Al-Khuza’iyyah, dahulu bernama Barrah. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam merubah namanya menjadi Juwairiyah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahih-nya.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda dalam haditsnya yang lain, berkaitan dengan nama tazkiyah.

“Janganlah engkau namakan putramu dengan Rabah, Yasar, Aflah dan Nafi’” [HR Muslim]

Demikian juga dengan nama Kalifatullah ataupun Wakilullah. Arti kata al-wakil adalah seseorang yang bertindak mewakili pihak yang mewakilkan. Sedangkan Allah tidak ada wakil bagi-Nya, dan tidak ada yang bisa menggantikanNya. Bahkan Dialah yang memelihara hamba-Nya, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Ya Allah, Engkau adalah teman dalam perjalanan dan pemelihara keluarga (yang kami tinggal)” [HR Muslim]

Nabi juga melarang kita menamakan diri dengan sebutan Malikul Amlak (Raja Diraja). Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda.

“Nama yang paling hina disisi Allah pada hari Kiamat adalah seseorang yang menamakan diri dengan sebutan Malikul Amlak (Raja Diraja)” [HR Al-Bukhari]

Kesalahan Keenam
Memberi nama dengan nama yang buruk, seperti ; Harb (perang), Sha’b (sulit, susah), Hazan (kesedihan), Ushaiyyah (maksiat), Aashiyah (wanita yang bermaksiat), Murrah (pahit) dan yang semisal dengan itu.

Yang benar, memberi nama dengan nama yang baik, seperti : Hasan, Husain, dan yang semisalnya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukai nama yang baik. Beliau bertafaul (berharap kebaikan) dengan nama tersebut. Barangsiapa mau mendalami hadits-hadits Nabi, niscaya dia akan mendapati makna-makna nama yang berkaitan dengan sunnah. Seakan-akan nama-nama itu diambil dari sunnah-sunnah itu.

Cobalah renungi sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam berikut.

“Ghafar adalah orang yang Allah ampuni dan Aslam adalah yang Allah selamatkan, sedangkan Ushaiyyah dialah yang bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya” [HR Al-Bukhari]

Jika anda ingin mengetahui, adakah pengaruh nama bagi pemiliknya? Maka perhatikanlah kisah Said bin Al-Musayyib berikut ini.

“Dari Ibnu Al-Musayyib, dari bapaknya, sesungguhnya bapaknya (yakni kakek Ibnu Al-Musayyib) datang menemui Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau bertanya : “Siapakah namamu?”. Ia menjawab, “Hazn”. Beliau berkata, “Engkau adalah Sahl”. Ia berkata. “Aku tidak akan merubah nama pemberian bapakku”. Ibnul Musayyib berkata : “Sejak itu kesusahan senantiasa meliputi kami” [HR Al-Bukhari]

Makna kata al-Huzunah (dalam hadits diatas, -red) adalah Al-Ghilzah (kekerasan, kesusahan) Dapat pula bearti tanah yang keras atau tanah datar.

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, sesungguhnya Nabi merubah nama ‘Aashiyah. Beliau berkata, “Kamu Jamilah”.

Ketika Al-Hasan lahir, Ali menamainya Harb. Kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang seraya berkata : “Perlihatkan kepadaku cucuku. Siapa nama yang kalian berikan pada cucuku?” Ali berkata, “Harb”. Beliau berkata, “Bahkan namanya adalah Hasan”[HR Ahmad]

Kesalahan Ketujuh
Sebagian orang memberikan julukan attatharruf fid din (sikap berlebih-lebihan dalam agama) kepada mereka yang memegang agama secara mutasyadid (ekstrim)

Yang benar kita sebut ghuluw fid dien (berlebih-lebihan dalam agama). Penyebutan ini pun diberikan, jika memang orang tersebut telah benar-benar keluar dari agama karena sikap ghuluwnya tadi

Ahli hadits mengatakan istilah attatharruf fid dien ini muncul pada awal-awal abad ke lima belas hijriah. Ketika itu terjadi taubat massal para pemuda muslim. Mereka berbondong-bondong kembali kepada Allah., ber-iltizam (konsisten) kepada hukum-hukum dan adab-adab Islam, serta mendakwahkannya. Sebelumnya, kondisi orang semacam ini (yang ber-iltizam kepada Islam), justru dikatakan sebagai golongan terbelakang, ta’ashub, jumud dan ejekan-ejekan lainnya. Maka ketahuilah, sesungguhnya agama Allah berada di pertengahan antara sikap ghuluw (berlebih-lebihan) dan sikap meremehkan.

Para ulama Islam pada setiap masa pun senantiasa melarang sikap ghuluw dalam agama, disamping mereka juga selalu mengajak kepada taubat.

Adapun zaman sekarang, timbangan norma telah banyak diputar-balikkan. Hingga orang yang bertaubat dan kembali kepada Allah (yang nota bene hal ini merupakan sesuatu yang diwajibkan oleh syari’at) justru disingkirkan, dengan alasan sikap berlebihan tadi. Maksudnya, agar orang-orang menjauhi mereka dan untuk melumpuhkan dakwah ilallah. Ini jelas pemikiran jahat Yahudi. Semoga Allah membinasakan mereka.

Namun sangat aneh dan mengherankan. Kaum muslimin menerima begitu saja pemikiran tadi. Tidakkah mereka berpikir dan menolaknya?

Kesalahan Kedelapan
Sebagian suami memanggil isterinya dengan sebutan Ummul Mu’minin. Ini jelas haram. Karena konsekwensinya panggilan tersebut ialah sang suami haruslah seorang Nabi dan isteri-isterinya adalah Ummahatul Mu’minin. Suatu kesalahan yang bisa mengakibatkan kepada kekufuran. Karena kita harus meyakini, bahwa tidak ada nabi setelah Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam

Ada juga suami yang memanggil isterinya dengan panggilan madam, suatu panggilan ala Perancis yang terlarang. Karena mengandung unsur tasyabbuh (meniru-niru) kaum kuffar.

Yang benar ialah memanggil isteri dengan nama kun-yahnya seperti Ummu Abdillah, Ummu Fulan, atau dapat juga dengan panggilan zaujati (isteriku) atau ahli (keluargaku).

Wallahul hadi ila ar-rasyad. Selengkapnya...

ZIONIS BERHADAPAN DENGAN MUJAHIDIN DI GAZA

JALUR GAZA (Arrahmah.com) - Para mujahidin Palestina melakukan pembalasan atas kekejian yang dilakukan Zionis baru-baru ini di Jalur Gaza dengan melancarkan tembakan ke arah sekelompok angkatan perang Israel yang sedang beroperasi di timur Beit Hanoun.

Sayap militer dari Front Pembebasan Palestina (PFLP), Brigade Abu Mustafa, mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, termasuk serangan terhadap kamera pengintai milik militer Israel juga sebuah pemantau di utara Jalur Gaza.

Serangan tersebut terjadi sebagai pembalasan atas kekejaman Zionis Israel terhadap warga Palestina. "Serangan tersebut dilakukan sebagai perlawanan lanjutan terhadap pendudukan Israel di Palestina," sebagaimana yang dinyatakan dalam laporan Brigade Abu Mustafa.

Sabtu (2/5) lalu, pasukan militer Israel melancarkan kekejiannya terhadap warga Palestina di perbatasan. Tank-tank dan buldoser Israel melewati perbatasan utara dan memasuki Beit Lahiya sambil menembaki petani Palestina di ladangnya di wilayah Faraheen, sebelah timur kota Khan Yunis.

Pesawat perang Israel pun melancarkan serangkaian serangan udara di selatan perbatasan dua hari lalu, menyebabkan dua orang tewas dan empat orang luka-luka. Selengkapnya...

PEMBAHASAA MASJID LAL

Type your summary here

Type rest of the post here
Islamabad - Imam masjid Lal yang baru saja bebas dari penjara, Maulana Abdul Aziz mengatakan bahwa aksi-aksi mujahidin di Swat, Buner, Dir saat ini adalah reaksi atas operasi militer pemerintah di masjid Lal tahun 2007.

Dalam wawancaranya dengan harian online Dawn, Maulana Abdul Aziz mengatakan bahwa para santrinya yang disakiti akibat serangan militer Pakistan di masjid Lal, saat ini sedang melakukan pembalasan.

"Saya telah mengingatkan kepada pemerintah sebelumnya untuk tidak melakukan operasi militer di masjid kami, jika tetap dilakukan maka situasi nantinya akan diluar kendali dan saya tidak akan bertanggungjawab atas reaksi yang terjadi", kata beliau.

"Santri-santri kami kebanyakan berasal dari Swat, Buner, Dir dan beberapa daerah didekat sini, saat ini mereka sedang bereaksi dan akan menuntut balas atas darah-darah saudara mereka dan kawan-kawan mereka yang tumpah disini", kata Maulana Abdul Aziz sambil mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui jumlah pasti korban jiwa saat tragedi masjid Lal.

"Sekarang mereka bukan tanggungjawab saya dan apapun yang mereka lakukan saat ini di Swat dan Buner adalah keputusan mereka sendiri", beliau menjawab saat ditanya kenapa beliau tidak menenangkan para santrinya.

Maulana Abdul Aziz adalah saksi mata dari pembantaian tentara Pakistan terhadap ratusan santri dan jamaah masjid Lal, termasuk dalam korban jiwa adalah wanita dan anak-anak. Namun mantan presiden Pakistan Jenderal Pervez Musharaf yang saat kejadian itu berkuasa, mengatakan hanya 94 orang tewas oleh serangan pasukan keamanan dan mereka semua adalah militan, Musharaf mengklaim tidak ada satupun wanita dan anak-anak yang tewas dalam penyerbuan tersebut.

Sebelumnya dikatakan jika bebasnya Maulana Aziz merupakan sebuah "kesepakatan" antara beliau dan pemerintah agar pembebasan beliau ini bisa menghentikan aksi mujahidin di Pakistan. Namun Maulana Abdul Aziz menolak anggapan ini dan mengatakan bebasnya beliau tidak dengan kesepakatan apapun. Selengkapnya...

TENTARA AS DIPAKSA JADI PENGINJIL

Type your summary here

Type rest of the post here
Tentara-tentara agresor Amerika telah didorong untuk menyebarkan ajaran kristen mereka kepada penduduk Afghanistan yang mayoritas adalah umat Islam, demikian isi sebuah rekaman video koresponden Al Jazeera.

Para pendeta militer yang ditugaskan di pangkalan militer AS di Bagram juga tertangkap kamera menyebarkan injil kepada penduduk lokal, terutama daerah-daerah yang berbahasa Pastun dan Dari.

Dalam sebuah khotbah, Letkol Gary Hensley, kepala pendeta khusus yang ditugaskan pada dinas militer Amerika di Afghanistan mengatakan kepada prajuritnya bahwa mereka (tentara Amerika) sebagai mengikut Jesus Kristus memiliki tanggung jawab untuk menjadi "saksi"/penyeru kepada Jesus.

Rekaman video tersebut diambil oleh Brian Hughes setahun yang lalu, seorang pembuat film dokumenter dan mantan anggota militer Amerika yang beberapa waktu tinggal di Bagram, yang kemudian berhasil didapatkan oleh wartawan Al Jazeera, James Bays yang telah melakukan beberapa laporan mendalam di Afghanistan.

Bays juga mendapatkan sebuah kopi Bible berbahasa Pastun. Seorang suku Pastun setempat memberikan konfirmasi pada Bays bahwa buku tersebut memang sebuah Bible.

Dalam cuplikan lain dalam rekaman tersebut juga ditemukan pidato seorang sersan yang kemudian menjadi pendeta militer bahwa dia menyatakan rasa terima kasihnya kepada beberapa pihak atas berhasilnya mendatangkan Bible/Injil ke Afghanistan. Selengkapnya...

DAMPAK LIBERAL

Type your summary here

Type rest of the post here
Menurunnya minat mahasiswa IAIN atau UIN mempelajari studi Islam disebabkan liberalisasi. IAIN harus kembali ke Al-Quran dan Sunnah

Direktur INSIST, Hamid Fahmy Zarkasy, Ph.D mengatakan, setidaknya ada dua faktor yang menyebabkanya menurunnya minat mahasiswa IAIN/UIN terhadap studi Islam. Pertama, orientasi masyarakat dan kedua pihak IAIN sendiri.

Pernyataannya tersebut disampaikan berkaitan fenomena menurunnya minat mahasiswa dalam mempelajari studi Islam pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) atau kini banyak berganti nama menjadi UIN. Fenomena ini disampaikan Prof. Nanat Fatah, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung baru-baru ini, yang mengatakan, beberapa prodi agama telah mengalami sepi peminat.

“Ada beberapa prodi agama yang mengalami penurunan signifikan, bahkan ada prodi yang mendaftar cuma 3 orang,” ujarnya beberapa waktu lalu.

Menurut Hamid yang alumnus IIUM-ISTAC Malaysia, pada faktor orientasi, berupa kecenderungan masyarakat yang sudah berfikir pragmatis dan berorientasi ke dunia kerja. Sedangkan IAIN, selama ini imej yang berkembang hanya mencetak sarjana kiai dan ulama. “Dan hal tersebut tidak marketable,” jelasnya.

Sementara IAIN sendiri tidak mampu berjalan sesuai mindstream awal. Sebagaimana diketahui masyarakat, IAIN merupakan wadah pencetak kiai dan ulama, namun hal itu belum sepenuhnya terwujud. Tidak hanya itu, IAIN juga selama ini disinyalir kerap melakukan liberalisasi terhadap para mahasiswanya., sehingga bukannya menjadi ulama atau kiai, malah menjadi liberal. Dan hal tersebut yang selama ini disayangkan oleh masyarakat.

“Masyarakat sekarang mulai alergi dengan IAIN sehingga jarang mau menguliahkan anak-anak mereka ke lembaga pendidikan tersebut,” terangnya.

Di sisi lain, dengan maraknya gerakan sepilisasi (sekularisme, pluralisme, dan liberalisme) di kampus, masyarakat tidak lagi memandang IAIN sebagai institusi yang melahirkan ulama penyelamat umat. Dengan pola pikir ini, para intelektual muslim IAIN, telah menghilangkan fungsi Islam yang bisa menjadi solusi problematika zaman. Padahal, masyarakat ingin Islam dihadirkan oleh para cendekiawan tersebut sebagai solusi keumatan yang kompleks. “Selama ini tokoh figur IAIN, jika mencurahkan ide dan gagasannya di media, baik elektronik dan cetak, selalu membuat sesak dada masyarakat.”

Hamid menyarankan, IAIN harus segera meredisain kurikulum yang sesuai dengan Al-Quran dan Sunnah. Di samping itu, IAIN jangan sampai terkontaminasi oleh pemikiran-pemikiran liberal.

Begitu juga dengan adanya prodi umum dan agama, menurut ia, kurang efektif. Sebab, dengan mengadakan prodi umum, tanpa mengadakan “islamisasi” terlebih dahulu maka hasilnya setali tiga uang. Mahasiswa akan lebih memilih prodi umum yang berada di PT negeri atau swasta lainnya yang lebih bonafide dan menjanjikan.

Namun, beda halnya jika prodi umum tersebut diberi label Islam yang sesuai dengan epistemology Islam, seperti ekonomi Islam, politik Islam, komputer sains, dengan tambahan digitalisasi kitab-kitab turats dengan demikian, dapat membangun epistemologi Islam lebih terhormat. [ans/hidayatullah] Selengkapnya...

SBY dan NEO LIBERAL

Teka-teki hampir terpecahkan. Siapa yang dipilih Presiden SBY menjadi pendampingnya, sebagai cawapres pada pemilu Juli nanti. Dari berbagai media yang ada di Jakarta, dan mengutip pernyataan Ahmad Mubarok, salah seorang Ketua Partai Demokrat, kecenderungannya, Presiden SBY akan memilih calon cawapres, yang bukan dari partai poliltik. Nama yang sudah mengerucut, berdasarkan penuturan Ahmad Mubarak, tak lain, adalah Gubernur BI, Budiono.

Budiono adalah ekonom, yang sudah beberapa kali masuk pemerintahan, sejak zamannya Presiden Megawati menjadi Menkeu, dan di zamannya Presiden SBY menjadi Menko Ekuin, dan selanjutnya menjadi Gubernur BI, menggantikan Burhanuddin Abdullah, yang dipenjara akibat korupsi.

Budiono alumni Universitas Gajah Mada, orangnya ‘low profile’, tak banyak berbicara, tapi di zaman Mega dinilai ‘sukses’, menghadapi krisis ekonomi, kala itu. Sebuah Koran di AS, menjuluki Budiono, sebagai ‘the silent voice’, yang tidak banyak dipublikasikan, tapi berhasil menyelamatkan ekonomi Indonesia.

Asumsinya, jika SBY memilih kalangan professional, dan pilihannya adalah Budiono, hanya memperlihatkan konsistensi pengaruh kelompok Neo-Lib, di Indonesia semakin kuat. Bagaimana di zaman partai-partai politik ini, SBY memilih kalangan professional yang non ‘partisan’, kalau tidak memiliki dukungan politik yang kuat, sangatlah tidak masuk akal.

Memang, SBY sudah kedua kalinya menaiki kekuasaan, dan tidak mungkin ketiga kalinya, berdasarkan konstitusi yang ada, karena adanya pembatasan jabatan, yang dia bisa tidak ambil peduli dengan partai-partai politik. Pilihan terhadap Budiono, menandakan betapa kuatnya pengaruh dan dukungan kelompok yang dibelakangnya adalah kepentingan AS.

Prediksi masa depan pasca pemilihan presiden Juli nanti, kalau Presiden SBY terpilih kembali, jajaran kabinet yang menangani ekonomi, sudah dapat dibaca dari sekarang. Posisi yang menangani ekuin, yang sekarang ini tidak akan berubah.

Sri Mulyani akan menjadi Menko Ekuin, dan kemungkinannya yang menjadi Menkeu, Anggito Abimanyu. Anggito, sudah menjadi Kepala Kebijakan Fiskal Depkeu, sejak zamannya Presiden Habibi, dan yang menjadi Menkeu adalah Bambang Sudibyo. Kemudian, berlanjut jamannya Gus Dur, Presiden Megawati, dan di zamannya Presiden SBY, yang Menko Ekuinnya Budiono, Anggito juga menjadi Kepala Kebijakan Fiskal, serta sampai Menkeunya Sri Mulyani.

Maka, lima tahun ke depan, pengaruh kelompok Neo-Lib, yang kebijakan ekonominya lebih pro-Bartat, di dalam kekuasaan Indonesia semakin kuat. Artinya, pengaruh Barat dan Lembaga Multilateral seperti IMF terhadap Indonesia akan mempunyai tempatnya. Pilihan kebijakan ekonominya yang lebih pro-pasar, atau menganut sistem ekonomi pasar, dan yang lebih berorientasi pada kebijakan ekonomi makro.

Tentu, yang tak kalah pentingnya, penguasaan atas SDA (sumber daya alam) Indonesia, termasuk asset BMUN, yang masuk dalam daftar penjualan. Dan, apakah tokoh-tokoh yang dipilih akan menjadi solusi atas krisis yang sekarang dihadapi oleh Indonesia? Tidak pasti. Apalagi, krisis ekonomi global, belum menampakkan tanda-tanda akan berakhir.

Tapi, di jajaran orang yang ada di sekitar Presiden SBY, bukan hanya di sektor ekonomi yang mempunyai pengaruh terhadap Presiden SBY, tapi juga ada yang disebut sebagai ‘American Boys’, cukup nampak. Seperti Andi Mallarangeng, Rizal Mallarangeng, Dino Patti Jalal, yang akan banyak mempengaruhi kebijakan politik dan luar negeri Indonesia.

Partai-partai politik yang sudah memberikan dukungan kepada Presiden SBY, melalui 'koalisi' hanyalah akan menjadi faktor ‘komplementer’ (pelengkap), dan tidak akan mempunyai arti apa-apa, dan atas dukungan yang mereka berikan, dan akan dibarter dengan ‘kursi’ (portofolio) di kabinet yang akan datang.

Mereka akan senang hati menjadi stempel ‘rubber stamp’ atas kebijakan-kebijakan pemerintah SBY yang lebih cenderung pro-Barat. Ini adalah kelanjutan yang panjang sejak zamannya Soeharto, yang pro-Barat, dan sekarang dilanjutkan oleh Presiden berikutnya, yaitu SBY. Wallahu ‘alam (eramuslim) Selengkapnya...

NENEK OBAMA NAIK HAJI

Type your summary here

Type rest of the post here
Kisah rencana nenek Obama yang akan menunaikan ibadah haji akhirnya menjadi masalah. Mengapa pula publik Amerika mempersoalkannya

Hidayatullah.com--Nenek Obama, Sarah Obama yang akan menunaikan haji tahun

ini atas undangan dan biaya konglomerat properti Dubai mulai menjadi sorotan publik di AS. SitusMaystateline.com yang terbit di Salt Lake City, pada edisi Kamis, 7 Mei kemarin menurunkan persoalan tersebut.

Menurut media itu, keberagamaan keluarga Obama memang selalu dianggap bermasalah. Ibu Obama yang meninggal pada tahun 1995, telah dibaptis dalam keadaan telah meninggal oleh Gereja Yesus Kristus dari sekte Latter-Day Saints.

Menurut harian Salt Lake Tribune, gereja tersebut telah membaptis Stanley Ann Dunham, ibu Obama setelah meninggal dunia. Praktik baptis mati tanpa persetujuan keluarga itu telah menuai kritik tajam dari berbagai kelompok agama di AS kala itu.

Kini, muncul masalah baru ketika kabar merebak mengabarkan nenek Obama yang tinggal di Kenya akan menunaikan ibadah haji atas kedermawanan seseorang. Diakui, bahwa haji adalah kewajiban sekali selama hidup bagi mereka yang mampu. Haji hanya dilaksanakan di Arab Saudi.

Hampir Kristen

Sebagaimana diketahui, Sarah Obama (87), nenek tiri Presiden AS, Barack Obama berapa saat lalu diisukan hampir dibaptis sebuah gereja. Awalnya, Gereja Advent Hari Ketujuh yang terletak di sebelah barat Kota Kisumu mengundang Sarah Obama untuk hadir dalam sebuah pertemuan.

Ternyata dalam pertemuan itu, Sarah Obama yang sudah berusia lanjut ini diduga hendak dibaptis dan diminta untuk pindah agama. Menurut salah seorang kerabatnya di perkampungan Kogelo, kampung halaman ayah Obama, Mama Sarah terkejut mendapat undangan dari gereja itu.

Mengetahui dirinya bakal dibaptis, Mama Sarah pun menolak undangan dari Gereja Advent Hari Ketujuh. Said Obama, saudara tiri Presiden Obama, menuturkan, pastor gereja itu telah melakukan pendekatan kepada Mama Sarah. Menurut Said Obama, sang pastor menyatakan bahwa Mama Sarah bisa menjadi seorang Kristiani.

Keni, ketika Sarah mendapat kesempatan undangan menunaikan ibadah haji, publik Amerika pun meributkannya. Lha kok? [ihj/hid/cha/www.hidayatullah.com] Selengkapnya...

Mengintip Gaya Hidup Aktivis Islam Liberal

Hidayatullah.com--Wacana seputar sekularisme, pluralisme, liberalisme (Sipilis), juga demokratisasi dan hak asasi manusia (HAM) mengalir deras dari mulutnya. Semua itu disajikan dengan penuh pesona di berbagai forum, mulai diskusi kecil sampai workshop berskala besar, dari media cetak sampai elektronik.

Itulah yang dilakukan sekelompok aktivis yang menamakan dirinya Jaringan Islam Liberal (JIL). Dengan dukungan dana milyaran rupiah dari donatur asing, antara lain the Asia Foundation, mereka tak pernah henti menjajakan ide-idenya yang kontroversial.

Ide dan wacana yang dilontarkan mereka kadang terdengar indah dan menarik. Itulah sebabnya sebagian kaum Muslimin terpesona dibuatnya. Namun, apakah kehidupan kesehariannya juga seindah apa yang dikatakannya? Apakah ilmu yang mereka kuasai juga tercermin dalam amal yang dilakukannya?

Simak Cover Story kali ini yang berusaha “mengintip” keseharian para aktivis JIL. Karena keterbatasan halaman, tentu saja tak semua aktivis bisa tertulis di sini. Hanya beberapa nama dengan karakter masing-masing sesuai ide dan wacana yang kerap dilontarkannya selama ini.

Mereka adalah Siti Musdah Mulia, Nong Darol Mahmada (Manajer Program Freedom Institute, motor penggerak JIL), dan Hamid Basyaib (koordinator sementara JIL). Di bagian akhir, ada laporan pandangan mata tentang Komunitas Utan Kayu, markas utama para aktivis tersebut. Selamat membaca. [] Selengkapnya...

INDONESIA KEARAH YANG ISLAMI

Type your summary here

Type rest of the post here

JAKARTA (Arrahmah.com) - Krisis finansial global dapat disebabkan oleh empat sebab, yakni ekonomi, politik sosial, perang, dan alam. Krisis seperti ini diperkirakan masih akan berlangsung lama. Bagi Bangsa Indonesia, tak hanya bergulat melawan krisis, kita juga menghadapi momentum krusial Pemilihan Umum (Pemilu).

Tapi masalah seperti krisis itu ada yang lebih mengkhawatirkan, yakni upaya Indonesia ke arah politik yang lebih “islami’ dalam kurun waktu 5 sampai 25 tahun mendatang. Itulah salah satu kekhawatiran pakar asing dari Northwestern University, Prof. Jeffrey A. Winters , dalam acara diskusi beberapa waktu lalu (22/4) dengan tema: “Krisis dan Pemilu: Upaya Mencari Jalan Keluar”, bertempat di Gedung Yustinus, Unika Atma Jaya, Jakarta.

Acara yang diselenggarakan Centre for Creative Economic Studies, Universitas Kristen Atma Jaya itu selain menghadirkan Prof. Jeffrey A. Winters, juga menghadirkan Dr. A.Prasetyantoko dari Centre for Creative Economic Studies Universitas Atma Jaya, dengan fokus ”Krisis finansial dalam perspektif ekonomi heterodoks”.

Secara umum Jeffrey menyebutkan, mentalitas bangsa Indonesia masih berpegang erat pada mentalitas 7 persen, yang merasa puas apabila tingkat GDP yang diperoleh dapat mencapai angka 7 persen. Padahal, menurut ia, angka 7 persen tersebut hanya cukup untuk mempertahankan status quo dan masih kurang untuk dapat memberikan ruang bagi upaya pertumbuhan dan perkembangan, yang setidaknya baru dapat dicapai apabila pemerintah berani menetapkan “double digit growth (DDG)” sebesar 10 persen.

Lebih lanjut diuraikannya, jika Indonesia masih mempertahankan mentalitas 7 persen, maka permanent poverty di Indonesia akan menjadi mimpi buruk yang menjadi kenyataan di bangsa ini.

Dilihat dari situasi politik di Indonesia yang saat ini tengah disibukkan oleh pemilu, baik legislatif maupun pilpres, Jeffrey berpendapat bahwa faktor uang dinilai masih merupakan faktor penting, dibandingkan aliansi dalam pemilu saat ini.

Winter menilai, perlu ada suatu gerakan bersama yang kuat untuk dapat menghadapi masalah. Menurut ia, gerakan saat ini yang jelas terlihat, dan bahkan mampu masuk ke grassroot, dalam upaya mencoba menjawab masalah yang ada di Indonesia, lebih bernuansa “islami”.

“Jika gerakan tersebut berhasil, maka justru akan mengancam pluralisme di Indonesia,” ujarnya.

Winters menuduh, ada yang ingin membuat Indonesia menjadi “negara Islam”. Fenomena inilah yang saat ini tengah terjadi di Indonesia.

Ia mengatakan bahwa dirinya mengatakan hal tersebut bukan mendasarkan pada pandangan agama, tetapi lebih kepada pluralisme, mengingat Indonesia merupakan negara majemuk.

Indonesia merupakan satu dari tiga negara di dunia, seperti India dan Amerika Serikat yang bereksperimen dengan pluralisme, baik dari agama, suku, dan budayanya. Terdapat masyarakat yang berbeda dalam satu negara. Pertanyaannya adalah, apakah masyarakat yang berbeda tersebut dapat tinggal bersama dalam satu negara.

Dalam akhir penuturannya, Winters menilai, Indonesia merupakan negara yang memiliki pengalaman yang hebat dalam hal kemajemukan penduduknya, dan berharap agar Indonesia dapat mempertahankan pluralisme yang ada di negara ini. (Althaf/hidayatullah/arrahmah.com) Selengkapnya...

Konsumsi Narkoba Indonesia 2008 Rp 15,37 Triliun

indonesia sayang indonesia malang
JAKARTA (Arrahmah.com) - Kerugian ekonomi yang ditimbulkan dari komsumsi narkoba di Indonesia sepanjang 2008 mencapai Rp15,37 triliun, kata Koordinator Satgas I Badan Narkotika Nasional (BNN) KBP H Thamrin Dahlan.

"Berdasarkan data BBN itu, dari total kerugian ekonomi akibat penyalahgunaan narkoba, jenis shabu yang paling tinggi komsumsinya dengan kerugian Rp 5,52 triliun," kata Koordinator Satgas I BNN di Jakarta, Jumat (8/5).


Dijelaskan, selain jenis narkoba shabu yang paling banyak menimbulkan kerugian ekonomi dari 33 provinsi di Indonesia, jenis ganja tercatat menimbulkan kerugian ekonomi terbesar kedua yakni Rp 2,37 triliun, menyusul putau bubuk Rp 2,31 triliun dan ekstasi Rp1,98 triliun dari 14 jenis narkoba yang terdata pada BNN.

Sementara daerah yang tertinggi kerugian ekonominya akibat komsumsi narkoba adalah Jawa Timur dengan jumlah kerugian sebanyak Rp3,85 triliun, kemudian Jawa Tengah Rp 1,25 triliun dan DKI Jakarta Rp1,15 triliun.

"Kerugian ekonomi yang ditimbukan dari komsumsi narkoba itu cenderung meningkat setiap tahun, sementara pendanaan pemerintah untuk uapaya peventif dan rehabilitasi yang tersedia sangat terbatas," kata Thamrin.

Terkait dengan hal itu, ia mengharapkan peran aktif masyarakat untuk membantu upaya tersebut, baik melalui lembaga formal maupun non formal.

Adapun proyeksi kerugian ekonomi akibat penyalahgunaan narkoba berdasarkan data BNN adalah 2009 akan mencapai Rp 37 triliun, 2010 Rp 41,24 triliun, 2011 Rp 46 triliun, 2012 51,29 triliun dan 2013 Rp 57 triliun.

Di samping itu, sebanyak 51 ribu orang pecandu narkoba di Indonesia meninggal setiap tahunnya. Menurut Thamrin, sebagian korban penyalahgunaan narkoba meninggal bukan di lokasi fasilitas terapi dan rehabilitas. Mereka justru ditemukan di jalan atau di lokasi tempat hiburan.

"Umumnya mereka meninggal karena penyakit komplikasi yakni HIV/AIDS, hepatitis dan TBC," katanya.

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamr dan judi. Katakanlah pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar dari manfaatnya. (QS: Al Baqarah [2]:219).

“Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit dan kami akan menghimpunnya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha [20]:123-124).
(Althaf/arrahmah.com)
Selengkapnya...

Investigasi Kematian Sipil Oleh Tentara Teroris AS Terbukti

KABUL (Arrahmah.com) - Satu investigasi yang dilakukan bersama oleh otoritas Afghan dan militer AS menunjukkan bahwa kematian warga sipil Afghan termasuk perempuan dan anak-anak yang terjadi minggu ini benar adanya.

Rincian pemeriksaan mengakui adanya kematian sipil Afghan secara besar-besaran yang diterbitkan hari ini (8/5). Warga sipil Afghan dibunuh pada bombardir Selasa (5/5) lalu di distrik Bala Baluk, provinsi Farah oleh tentara salibis AS.

Balqis Roshan, salah satu anggota dewan provinsi mengatakan, dia meyakini lebih dari 150 sipil Afghan menjadi korban serangan udara tentara AS.

Abdul ghafar Watandar, kepala polisi setempat menambahkan 17 rumah hancur dalam serangan dan lebih dari 120 sipil tewas. Sumber menambahkan, hingga saat ini pencarian korban yang terjebak dalam puing-puing masih dilakukan.

Satu tim yang melakukan investigasi dari Palang Merah Internasional mengonfirmasikan serangan membunuh lebih dari 100 sipil Afghan.

"Kami benar-benar dapat memastikan kecelakaan di kalangan sipil," ujar Jessica Barry, jurubicara Palang Merah Internasional.

Namun, militer salibis AS tetap berkelit dengan mengatakan bahwa Taliban menggunakan posisi sipil sebagai tameng. Seperti biasa, mereka akan mencari-cari alasan untuk menutup-nutupi kesalahan fatal yang mereka lakukan.

Setelah jelas bahwa yang menjadi korban adalah sipil Afghan, lalu tindakan apa yang akan dilakukan oleh otoritas Afghan? Akankah mereka berani menendang keluar seluruh pasukan keparat tersebut dari tanah Afghanistan agar tak terjadi lagi pembantaian massal? Ataukah mereka akan mencari satu propaganda baru untuk menyudutkan posisi mujahidin dan mempertahankan kehadiran tentara AS serta para sekutunya di sana?

Otoritas AS hanya mampu berucap, "kami benar-benar meminta maaf atas jatuhnya korban sipil yang tak berdosa" yang dikatakan oleh Hillary Clinton. (haninmazaya/arrahmah.com)

Type rest of the post here
Selengkapnya...

Senin, 04 Mei 2009

PERNIKAHAN




Judul di atas disarikan dari firman Allah swt yang terdapat dalam surat Ar-Rum, ayat 21 :

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

” Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istrimu dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi orang-orang yang mau berfikir. “

Ketika kita menghadiri resepsi pernikahan, ayat di atas adalah ayat yang paling sering dibacakan oleh qari’ yang ditugaskan melantunkan ayat-ayat Al Qur’an untuk memulai acara resepsi. Para pembicarapun tidak pernah bosan-bosannya menyebut ayat tersebut sebelum memulai ceramahnya untuk menasehati kedua penganten. Maka, sangat penting sebagai seorang muslim yang akan melangsungkan pernikahan ataupun yang sudah menikah untuk merenungi kembali ayat di atas secara lebih seksama. Ayat di atas walaupun singkat dan pendek akan tetapi mengandung pelajaran yang sangat banyak dan bermanfaat, dan selanjutnya bisa kita jadikan pedoman di dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

Dari ayat di atas, paling tidak, kita bisa mengambil lima faedah, yang untuk lebih mudahnya kita sebut sebagai lima kaedah pernikahan. Lima kaedah ini akan kita bahas satu persatu dalam tulisan ini.

Kaedah Pertama :

Bahwa pernikahan yang berlangsung antara laki-laki dan perempuan adalah salah satu tanda kekuasaan Allah swt. Artinya bahwa semua pernikahan yang terjadi adalah atas izin Allah swt. Ini yang harus diyakini oleh setiap muslim, terutama yang masih bujang dan mempunyai rencana untuk menikah. Hal ini sangat penting dan akan berpengaruh terhadap psikologi kedua calon penganten. Banyak di antara calon penganten yang stress sebelum menikah, karena calon yang diidam-idamkan selama ini ternyata tidak jadi menikah dengan dirinya. Bahkan sebagian dari mereka bertengkar, dan tidak sedikit yang berakhir dengan kematian hanya karena memperebutkan pacar untuk dinikahinya. Sebagian lain, hari-harinya hanya diisi dengan pertengkaran mulut dengan orang tuanya atau pamannya, hanya karena dia belum mengijinkan anaknya untuk menikah karena mempunyai suatu pertimbangan. Bahkan tidak sedikit dari orang-orang yang tahu agama tergelincir dalam masalah yang satu ini. Mereka kadang menuduh orang tuanya telah menghalanginya untuk melaksanakan sunnah Rosulullah saw, padahal sebenarnya orang tuanya mengijinkan anaknya menikah dengan pasangan pilihannya, hanya saja waktunya belum pas untuk dilaksanakan dalam waktu dekat. Dan banyak lagi contoh-contoh yang menunjukkan bahwa calon penganten belum bisa memahami ayat di atas, bahwa semua pernikahan yang dilakukan oleh manusia di dunia ini tidak akan terjadi kecuali dengan ijin Allah swt.

Perlu diketahui bahwa Allah swt telah menentukan taqdir setiap makhluk di dunia ini jauh-jauh sebelumnya yaitu 50.000 tahun sebelum diciptakan langit dan bumi ini, sebagaimana yang disebutkan dalam suatu hadist , bahwasanya Rosulullah saw bersabda ;

أول ما خلق الله القلم قال له: اكتب، فكتب مقادير كل شيء قبل أن يخلق السماوات والأرض بخمسين ألف سنة، وكان عرشه على الماء

” Pertama kali yang diciptakan Allah adalah qalam ( pena ), Allah berfirman kepadanya ; ” Tulislah ” , maka dia menulis taqdir segala sesuatu semenjak 50.000 tahun sebelum diciptakan langit dan bumi dan Arsy Allah di atas air. ‘ ( HR Muslim )

Hadist di atas menjelaskan secara tidak langsung bahwa istri kita telah ditentukan oleh Allah swt, jauh sebelum kita diciptakan di muka bumi ini, kalau kita mengetahui hal itu, kenapa harus stress ? , kenapa harus berebut pacar ? dan kenapa harus bertengkar dengan orang tua hanya karena belum menyetujui rencana penikahannya ?

Kaedah Kedua :

Bahwa istri yang akan kita nikahi nanti adalah dari jenis kita sendiri, yaitu dari jenis manusia, dan bukan dari jenis jin atau malaikat. Rahmat Allah swt seperti ini harus kita syukuri. Bayangkan kalau istri kita dari jenis jin, tentunya akan mendapatkan kesulitan untuk berhubungan dengannya. Kesulitan itu akan terasa sejak awal, bagaimana cara mengenalnya, bagaimana bentuk wajahnya, siapa yang akan menjadi walinya, maharnya berapa, mau tinggal dimana dan bagaimana berhubungan dengannya, bagaimana bentuk anaknya dan seabrek kesulitan-kesulitan lainnya.

Muncul suatu pertanyaan yang perlu jawaban segera : Apakah mungkin kita manusia bisa menikah dengan seorang jin ? dan bagaimana hukumnya dalam Islam ?

Imam Badru Ad Dien Abi Abdillah As Syibl di dalam bukunya ” Akam Al Marjan fi Ahkam Al Jan, telah menyebutkan beberapa riwayat para ulama yang menunjukkan bahwa manusia kemungkinan bisa menikah dengan Jin. ( [1] ) Hal yang sama juga disebutkan oleh Imam Suyuti dalam bukunya : ” Luqat Al Marjan fi Ahkam Al Jan “( [2] ) Hal ini dikuatkan juga dengan perkataan Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawanya : ” Seorang manusia kemungkinan bisa menikah dengan jin dan dari keduanya akan lahir seorang anak, dan hal seperti ini sangat banyak terjadi. ” ( [3] ) Ayat yang menunjukkan kemungkinan terjadinya pernikahan antara manusiaa dan jin adalah firman Allah swt :

وَشَارِكْهُمْ فِي الأَمْوَالِ وَالأَوْلادِ وَعِدْهُمْ

” Dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. ” (Qs Al Isra’ : 56 )

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwasanya ia berkata ; ” Jika seorang laki-laki menggauli istrinya dalam keadaan haidh , maka syetan akan mendahuluinya, seandainya istrinya hamil, maka anak yang lahir akan menjadi anak yang banci (waria ) . ” ( [4] )

Walaupun demikian para ulama banyak berpendapat bahwa penikahan antara manusia dan jin hukumnya makruh, karena akan sulit menjalin tali kasih sayang antara keduanya. Dan hal seperti ini ,menurut Imam Malik, akan banyak membawa kerusakan yang luas dalam masyarakat, karena jika seorang wanita kedapatan hamil tanpa suami, akan dengan mudah dia mengatakan bahwa dia sudah punya suami dari jin. ( [5] ) Yang seperti ini, jelas akan membawa kerusakan di tengah-tengah masyarakat khususnya pada zaman sekarang .

Kaedah Ketiga :

Bahwa istri yang akan kita nikahi nanti adalah makhluk Allah yang diciptakan dari diri kita sendiri. Para ulama menyebutkan bahwa Siti Hawa diciptakan dari tulang rusuk nabi Adam as. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dan Ibnu Abbas bahwasanya ketika Adam tinggal di dalam syurga sendiri, dia merasa kesepian. Dan ketika dia sedang tidur, diciptakanlah Siti Hawa dari tulak rusuknya yang pendek dari pinggang kirinya , agar Adam bisa merasa tenang berada di samping Siti Hawa. Inilah arti firman Allah swt :

هُوَ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَجَعَلَ مِنْهَا زَوْجَهَا لِيَسْكُنَ إِلَيْهَا

“Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan dari padanya Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya.” ( Qs Al A’raf : 189 )

Di dalam hadist Abu Hurairah ra bahwa Rosulullah saw bersabda :

( استوصوا بالنساء خيراً ، فإن المرأة خلقت من ضلع ، وإن أعوج ما في الضلع أعلاه ، فإن ذهبت تقيمه كسرته ، وإن تركته لم يزل أعوج ، فاستوصوا بالنساء ) ، وفي رواية ( المرأة كالضلع إن أقمتها كسرتها ، وإن استمتعت بها ، استمتعت وفيها عوج(

“Berwasiatlah kepada perempuan dengan hal-hal yang baik, sesungguhnya perempuan itu diciptakan dari tulak rusuk, dan sesungguhnya bagian yang bengkok dari tulang rusuk terdapat disebelah atas, , dan jika anda ingin meluruskannya, berarti anda akan mematahkannya, dan jika anda biarkan maka dia akan terus bengkok, maka berwasiatlah kepada perempuan. ( [6] )

Dan dalam riwayat lain disebutkan : ” perempuan itu bagaikan tulang rusuk, jika anda ingin meluruskannya, berarti anda akan mematahkannya, jika anda bersenang-senang dengannya, maka anda akan bersenang-senang dengannya, sedangkan dia masih dalam keadaan bengkok ” ( [7] )

Mungkin sebagian orang memahami bahwa penciptaan siti hawa dari tulak rusuk nabi Adam merupakan simbol diskriminasi dan pelecehan kaum hawa, sehingga mereka kurang bisa menerima isi hadist di atas, dan menganggapnya sebagai hadist yang bias gender. Sebenarnya, kalau mereka memahami hadist tersebut dengan baik, akan di dapatkan banyak hikmah dari diciptakannya Siti Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam. Diantara hikmah-hikmah itu adalah :

Pertama : Bahwa tulang rusuk dalam tubuh kita sebenarnya berfungsi untuk melindungi organ dada dan hati. Sebagaimana kita ketahui bahwa hati adalah bagian yang terpenting dalam tubuh kita. Artinya seorang perempuan bertugas untuk menjaga, membina dan mendidik hati orang, yaitu hati generasi dan anak didik kita. Inilah tabiat seorang perempuan, kita dapatkannya sabar dan tekun di dalam merawat anak-anak atau orang-orang yang lemah, serta orang-orang yang perlu perlindungan dan kasih sayang. Sifat seperti ini tidak dimiliki oleh laki-laki. Tulang rusuk artinya tulang yang melindungi bagian-bagian tubuh yang lemah. Selain itu, seorang perempuan juga melindungi kaum laki-laki ketika dia merasa tidak tenang, menemaninya ketika ia merasa kesepian, dan merawatnya ketika sedang sakit. Dari sini, seorang laki-laki tidak akan bisa merasakan hidup dengan sempurna tanpa kehadiran perempuan.

Kedua : Tulang rusuk ini bersifat bengkok. Kenapa harus bengkok ? Iya karena dengan bengkoknya tulang rusuk tersebut, maka hati atau bagian- bagian tubuh yang lemah tadi akan terlindungi dari arah lain. Jika tulang rusuk tersebut tidak bengkok, maka hati dan bagian tubuh lainnya akan dengan mudah mengalami luka-luka hanya dengan pukulan pelan saja, dan akan bisa menyebabkan kematian jika terkena pukulan atau benturan yang lebih keras.

Ketiga : Tulang rusuk yang bengkok itu juga menandakan bahwa kaum perempuan itu mempunyai sifat yang mengedepankan perasaan daripada akal. Oleh karenanya, kaum perempuan kurang tepat, jika ditempatkan pada beberapa posisi yang menuntut ketegasan dan kekerasan , seperti dalam memimpin Negara atau bekerja di tempat-tempat kasar.

Keempat : Dalam hadist disebutkan bahwa seorang laki-laki akan sangat sulit untuk meluruskan tulang yang bengkok tersebut. Artinya seorang laki-laki di dalam berhubungan dengan perempuan harus bersifat lembut dan tidak kasar. Mendidik merekapun harus pelan-pelan dan sabar , tidak bisa dilakukan dengan tangan besi. Oleh karenanya, Rosulullah saw berwasiat agar kaum laki-laki memperlakukan perempuan dengan baik. Dalam kehidupan keluarga, jika seorang suami ingin memaksakan kehendaknya kepada istrinya dengan paksaan dan kekerasaan maka akan berakibat fatal, dan tidak sedikit yang berakhir dengan perceraian.

Kelima : Tulang rusuk yang bengkok juga menunjukkan bahwa kaum perempuan itu mempunyai kekurangan dalam akal dan ibadatnya. Maksud kurang akal di sini, sebagaimana diterangkan di atas, bahwa perempuan lebih mengedepankan perasaan dari pada laki-laki, maka dalam persaksian seorang laki-laki sebanding dengan dua perempuan. Dalam masalah pernikahan, seorang perempuan harus mempunyai wali laki-laki, karena tingginya perasaanya, seorang perempuan mudah dipermainkan dan ditipu oleh orang lain. Berbeda dengan laki-laki, dia dibolehkan melakukan pernikahan tanpa perantara seorang wali. Dan yang dimaksud kurang ibadatnya adalah bahwa seorang perempuan sering meninggalkan kewajiban ibadat sholat atau puasa atau yang lainnya, karena ada halangan syar’I seperti datangnya bulan ( keluarnya darah haidh ) atau darah nifas setelah melahirkan.

Kaedah Keempat :

Salah satu fungsi dari pernikahan adalah mewujudkan ketenangan. Ketenangan yang di dapat seseorang dari pernikahan bisa diklasifikasikan menjadi tiga :

Pertama : Ketenangan Jiwa.

Banyak fakta menyebutkan bahwa rata-rata orang yang sudah dewasa dan belum menikah, mereka mengalami kegoncangan jiwa, karena ada sesuatu yang kurang pada diri mereka. Mereka merindukan teman hidup yang memperhatikan kehidupan mereka. Kegonjangan jiwa itu akan terus berlanjut sampai mereka mendapatkan teman hidup yang sesuai dengan yang mereka inginkan.

Di sini pernikahan adalah salah satu jalan yang harus ditempuh oleh seseorang untuk mendapatkan ketenangan. Seorang laki-laki yang merasa capek dan penat karena seharian kerja mencari nafkah, ketika kembali ke rumah, tiba- tiba hatinya menjadi sejuk dan tenang, karena di depan pintu rumahnya telah disambut istrinya dengan senyuman. Ketika ia lapar, tiba-tiba di meja makan sudah tersedia aneka macam masakan yang disediakan istrinya. Selain itu, di dalam pernikahan seseorang bisa membicarakan dengan pasangannya seluruh masalah-masalah yang dihadapinya di kantor, di pasar di sekolah maupun di tempat-tempat lainnya. Dengan leluasa masing-masing dari suami istri mengeluarkan unek-uneknya dengan hati dalam suasana yang tenang dan penuh rasa kekeluargaan.

Hal yang demikian ini jelas akan berdampak pada ketenangan jiwa. Karena masing-masing telah mendapatkan tempat untuk mengadukan segala problematika hidupnya. Ketenangan jiwa seperti ini akhirnya akan membawa pada ketenangan jasmani.

Kedua : Ketenangan Jasmani.

Banyak para ahli menyebutkan bahwa di sana ada hubungan sangat erat antara kesehatan ruhani dengan kesehatan jasmani. Seseorang yang selalu dirundung kesedihan di dalam hidupnya, akan melemahkan kesehatan jasmaninya. Salah satu contoh sederhana adalah seseorang yang terkena penyakit maagh. Jika ia sedang memikirkan sesuatu yang agak rumit, biasanya maagh-nya akan kambuh. Orang yang terkena penyakit jantung, ketika mendengar bahwa orang yang dicintainya tertabrak mobil, bisa mati seketika karena kaget. Begitu juga orang yang sudah menikah dan merasakan kebahagiaan di dalamnya, biasanya jarang terkena penyakit dalam.

Selain itu sebagaimana yang disebutkan oleh beberapa ulama, bahwa air mani yang tersimpan lama dalam tubuh seseorang dan tidak disalurkan akan menyebabkan penyakit. Dalam kehidupan ini ada suatu kaedah : bahwa sesuatu yang berhenti dan tidak dialirkan, maka akan merusak. Air yang tergenang akan merusak, tapi jika dialirkan akan bermanfaat karena akan membentuk energi yang bisa menyalakan lampu. Dalam fikih kita temukan juga bahwa air sungai yang tidak mengalir akan menjadi najis dan tidak boleh digunakan untuk bersuci. Jika ia mengalir, boleh untuk bersuci. Seseorang yang tergeletak tidur di atas kasur berbulan-bulan lamanya, bisa lumpuh kakinya, karena tidak dilatih untuk berjalan. Bahkan badan kita yang tidak digerakkan dengan olah raga, akan terasa pegal dan berat, dan begitu seterusnya. Maka air mani yang ada dalam tubuh seseorang jika disalurkan pada yang halal, selain akan menghilangkan penyakit, air mani tersebut akan berubah menjadisebuah janin yang ada di perut istrinya. Betapa besar perbedaan antara keduanya, yang satu merusak dan menimbulkan penyakit , sedang yang lain menyembuhkan dan mewujudkan generasi baru.

Ketiga : Ketenangan Materi.

Orang yang menikah akan mendapatkan ketenangan materi. Ketenangan materi ini terwujud dalam tiga hal :

Yang Pertama : Dalam hadist disebutkan bahwa Rosulullah saw bersabda :

الدنيا متاع وخير متاعها المرأة الصالحة

” Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah . ” ( HR Muslim )

Hadist diatas menerangkan bahwa hakikat dunia ini adalah perhiasan. Perhiasan adalah salah satu bentuk materi yang dikejar oleh manusia. Karena kebanyakan manusia mengira bahwa perhiasan dunia ini akan membawa kebahagian hidup. Akan tetapi Rosulullah menjelaskan juga bahwa hakikat perhiasan yang bisa membawa ketenangan adalah wanita sholelah.

Oleh karenanya, banyak kita dapatkan seseorang yang tidak mempunyai harta banyak, tetapi mempunyai istri sholehah, dia jauh lebih berbahagia di dalam hidupnya dibanding dengan orang yang kaya tetapi istri tidak sholehah. Inilah arti pertama bahwa istri sholehah merupakan wujud dari ketenangan materi.

Yang Kedua : Istri yang sholehah atau suami yang sholeh adalah orang yang selalu dekat dengan Allah. Dia akan selalu meningkatkan ketaqwaanya kepada Allah swt dengan menjalankan perintah-NYa dan menjauhi larangan-Nya. Orang seperti akan membawa barakah dalam rumah tangga. Ketika ia berdoa mohon rizki kepada Allah, maka Allah akan mengabulkannya, sehingga istri atau suami yang seperti ini akan membawa rizki yang berlimpah dan barakah.

Yang Ketiga : Allah swt telah berfirman :

وَأَنكِحُوا الْأَيَامَى مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ إِن يَكُونُوا فُقَرَاء يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

” Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui ” ( Qs An Nur : 32 ) .

Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa orang yang mau menikah dengan niat mencari ridha Allah dan menghindari maksiat, maka Allah berjanji akan memberikan karunia kepada mereka dengan rizki yang halal. Dan kita sebagai orang Islam harus berkeyakinan seperti yang disebutkan Allah di dalam ayat di atas.

Selain itu, kalau ditinjau dari ilmu psikologi dan sosiologi, maka akan kita dapatkan seorang laki-laki yang sepanjang hidupnya, hidup dalam kemiskinan, ketika menikah tiba-tiba menjadi lebih kaya dari sebelumnya. Kenapa ? Karena dengan menikah, dia dituntut untuk memberikan nafkah kepada istrinya. Kewajiban tersebut menuntutnya untuk bekerja keras. Selain ia mendapatkan pahala karena bekerja untuk memberikan nafkah keluarganya, juga Allah akan melimpahkan rizki yang halal kepadanya, karena kesungguhannya. Allah berfirman :

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

” Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. ” ( Qs Al Ankabut : 69 )

Kaedah Kelima :

Bahwa cinta yang tumbuh dalam pernikahan bukan sekedar cinta jasmani, atau cinta seorang laki-laki terhadap perempuan sebagaimana yang dipahami orang selama ini. Bukan pula seperti cinta seorang pacar dengan pacarnya yang sekedar janji dan ungkapan mulut tanpa ada komitmen di dalamnya. Cinta dalam pernikahan adalah cinta yang dibangun diatas mawaddah dan rahmah ( kasih dan sayang ). Artinya cinta tersebut diiringi dengan tanggung jawab dan komitmen. Seorang suami yang mencintai istrinya, maka dia bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidupnya, dia harus menjaga kesehatannya, menjaga keamanannya, menjaga perasaannya, dan menjaganya supaya tetap selalu bahagia hidup bersamanya .

Cinta dalam pernikahan bukan berarti dia pasti mencintai semua yang ada pada diri pasangannya, karena seperti ini adalah sesuatu yang mustahil. Masing-masing dari pasangan suami istri akan mendapatkan kekurangan dari pasangannya. Secara naluri manusia, dia akan membenci kekurangan tersebut, Cuma dia harus bersabar dengan kekurangan itu. Dia harus berusaha bagaimana kekurangan yang dimiliki pasangannya tetap membuatnya cinta dan sayang kepadanya. Maka dalam surat An Nisa’ ayat 19 , Allah berfirman :

وَعَاشِرُوهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ فَإِن كَرِهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللّهُ فِيهِ خَيْرًا كَثِيرًا

” Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak. ”

Melalui ayat di atas, Allah memerintahkan kita untuk menggauli dan bersikap dengan istri kita secara patut dan baik, walaupun kita membenci sebagian sifat atau bagian dari badannya. Inilah yang dinamakan mawaddah dan rahmah, yaitu cinta kasih sayang yang diiringi dengan komitmen dan tanggung jawab serta kesabaran untuk menerima segala kekurangan. Maka sangat tepat kalau Allah menyebut bahwa dalam pernikahan bukan sekedar ” hubb ” ( cinta jasmani ), akan tetapi lebih daripada itu, yaitu mawaddah wa rahmah ( cinta kasih sayang dan komitmen ) .

Yang perlu disebutkan juga di sini bahwa cinta kasih sayang dalam pernikahan ini yang menumbuhkannya adalah Allah swt. Tanpa pertolongan Allah, kedua pasangan suami istri tidak akan mungkin bisa mengukir kecintaan dan kasih sayang di dalam kehidupan rumah tangga. Ayat dalam surat rum di atas juga dengan sendirinya akan menolak falsafat pacaran yang menyiratkan bahwa kecintaan antara laki-laki dan perempuan harus ditumbuhkan oleh masing-masing pasangan. Hal ini dikuatkan dengan banyaknya fakta yang menunjukkan bahwa orang-orang yang menikah tanpa didahului dengan pacaran ternyata justru malah lebih harmonis, lebih hangat, dan lebih langgeng serta lebih bahagia. Hal itu dikarenakan Allah-lah yang menciptakan dan menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang pada diri kedua pasangan.

Lima kaedah pernikahan yang sudah diterangkan di atas, sebenarnya merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah yang hanya bisa dicerna oleh orang-orang yang terus mau berfikir. Sebagaimana yang disebutkan Allah pada akhir ayat : ” Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi orang-orang yang mau berfikir . ” Sungguh Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya.



Kairo, Sabtu Pagi, 28 April 2007 M Selengkapnya...

MENIKAH LEWAT TELPON, BOLEHKAH?


Saya bekerja di luar Hongkong dan punya calon pria Solo. Untuk menenangkan pikiran, bolehkah menikah melalui telpon?


Ustadz ....saya sedang bekerja jadi TKW di Honkong masa kontrak saya masih 2 tahunan sementara saya punya kenalan di Solo. Kami berdua sudah saling cinta dan berjanji langsung akan menikah setelah kontrak saya habis.

Masalahnya, sudah dua bulan ini saya sudah gak sabar dan was-was saya termasuk orang pencemburu karena itu, agar menenangkan kami berdua kami mengusulkan untuk menikah melalui telepon setidaknya meski kami tdak bertemu, kami bisa tenang dan sudah syah sebagai suami-istri. Bolehkan saya lakukan hal seperti ini dalam Islam??

Iqlimah-Hongkong

Jawaban :

Proses pernikahan dalam Islam mempunyai aturan- aturan yang ketat. Sebuah akad pernikahan yang syah harus terpenuhi rukun dan syarat-syaratnya. Rukunnya adalah ijab dan qabul, sedang syaratnya adalah ijin dari wali perempuan dan kehadiran dua orang saksi. Ini semuanya harus dilakukan dengan jelas dan transparan, sehingga tidak ada unsur penipuan dan pengelabuhan. Oleh karena itu calon suami atau wakilnya harus hadir di tempat, begitu juga wali perempuan atau wakilnya harus hadir di tempat, dan kedua saksipun harus hadir di tempat untuk menyaksikan akad pernikahan.


Ketika seseorang menikah lewat telpon, maka banyak hal yang tidak bisa terpenuhi dalam akad nikah lewat telpon tadi, diantaranya : tidak adanya dua saksi, tidak adanya wali perempuan, dan tidak ketemunya calon penganten ataupun wakilnya. Ini yang menyebabkan akad pernikahan tersebut menjadi tidak syah.

Seandainya dia menghadirkan dua saksi dan wali perempuan dalam akad ini, tetap saja akad pernikahan tidak syah. Karena kedua saksi tersebut tidak menyaksikan apa-apa kecuali orang yang sedang menelpun, begitu juga wali perempuan tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Suara yang ada ditelpun itu belum tentu suara calon suami atau istri. Ringkasnya bahwa akad pernikahan melalui telpon berpotensi untuk salah, atau rentan terjadinya penipuan dan manipulasi.

Disarankan siapa saja yang ingin menikah jarak jauh, untuk mewakilkan kepada orang yang dipercaya. Seandainya dia sebagai perempuan yang bekerja di luar negri, maka cukup walinya sebagai wakil darinya untuk menikahkan dengan lelaki yang diinginkannya, dan harus ada dua saksi yang hadir. Bagi seorang laki-laki yang ingin menikah dengan perempuan jarak jauh, maka hendaknya dia mewakilkan dirinya kepada orang yang dipercaya, seperti adik, kakak, atau saudaranya dengan dihadiri wali perempuan dan kedua saksi. Seandainya ada laki-laki dan perempuan yang ingin menikah di luar negeri dan jauh dari wali perempuan, maka wali tersebut bisa mewakilkan kepada orang yang dipercayai. Wakil dari wali tersebut beserta kedua saksi harus hadir di dalam akad pernikahan. Semua proses pemberian kuasa untuk mewakili hendaknya disertai dengan bukti-bukti dari instasi resmi terkait, supaya tidak disalah gunakan.

Wallahu A’lam Selengkapnya...

Jumat, 01 Mei 2009

sholat yang bid'ah


Apakah ketika ingin menghafal Al Qur’an kita disunnahkan untuk sholat dua reka’at ?

Jawaban :

Tidak ada riwayat yang shohih dari Rasulullah saw tentang sholat untuk menghafal Qur’an. Memang beredar di masyarakat suatu hadist yang setelah diteleti ternyata hadist tersebut adalah sangat lemah bahkan sebagian ulama mengatakan maudhu’, yaitu hadist palsu. Hadist tersebut berisi sebagai berikut :

“ Ali bin Thalib ingin menghafal Al Qur’an, kemudian diperintahkan Rasulullah saw untuk melakukan sholat “ menghafal Al Qur’an “ yang tata caranya adalah :

a. Dilakukan malam Jum’at

b. Jumlahnya empat reka’at

c. Reka’at pertama : membaca surat Yasin, reka’at kedua : surat Dukhan, reka’at ketiga : surat As Sajdah , reka’at keempat : surat Al Mulk.

d. Setelah salam : membaca do’a- do’a tertentu

e. Sholat ini harus dilakukan minimal 3 kali setiap jum’at dan maksimal 7 kali. “

Hadist di atas derajatnya adalah sangat lemah, bahkan sebagian ulama menyatakan maudhu’ ( palsu ), selain itu matan hadist sangat tidak sesuai dengan gaya bahasa seperti kebanyakan hadist.



Apakah dalam bulan Rajab kita diperintahkan untuk sholat sunnah, khususnya pada malam pertengahan Rajab ?

Jawaban :

Sebagian masyarakat menyebut sholat malam pertengahan rajab sebagai sholat raghoib, yang berarti mengharapkan sesuatu yang begitu besar.

Sholat malam pertengahan rajab ini tidak mempunyai dasar yang kuat. Hadist-hadist yang menyebutkan sholat tersebut semuanya lemah, bahkan palsu.

Adapun tata caranya adalah sebagai berikut :

1. Dilakukan malam Jum’at pertengahan bulan Rajab .
2. Jumlahnya 12 reka’at.
3. Setiap reka’at membaca : Al Fatihah 1x, Surat Al Qadr 3x, Surat Al Ikhlas 12 x
4. Salam setiap dua reka’at
5. Setelah salam membaca shalawat 70 x
6. Sujud dan membaca “ Subbuhun Quddus …dst 70x
7. Kemudian duduk membaca bacaan tertentu : “ Rabbi irham….dst 70x
8. Mengulangi sujud kembali dan membaca seperti tadi lagi sebanyak 70 x
9. Siapa yang sholat dengan tata cara demikian , maka akan diampuni seluruh dosa-dosanya dll

Para ulama menyatakan bahwa hadist-hadist lain seperti di atas semuanya batil dan tidak ada, alias palsu.



Bagaimana tata cara sholat malam pertengahan Sya’ban ? Apakah ada dalilnya ?

Jawaban :

Tata cara sholat malam pertengahan Sya’ban adalah sebagai berikut :

1. Rekaatnya berjumlah 100 reka’at
2. Membaca setiap reka’at surat Al Fatihah dan Surat Al khlas 10 kali



Menurut para ulama tidak ada dalil yang shohih tentang sholat malam pertengahan Sya’ban ini. Hadist-hadist yang menerangkan hal itu rata-rata batil dan maudhu’ serta lemah sekali, sehingga tidak boleh diamalkan.



Apakah kita dianjurkan untuk melakukan sholat malam hari raya, seandainya iya apa dalilnya ?

Jawaban :

Ada sebuah hadist yang menerangkan tentang sholat malam hari raya, hadist tersebut berbunyi :

من قام ليلتى العيدين محتسبا لله لم يمت قلبه يوم تموت القلوب

“ Barang siapa berdiri menghidupkan malam hari raya dengan niat karena Allah swt , niscaya hatinya tidak akan mati pada saat semua hati sudah mati “ ( HR Ibnu Majah )

Hadist di atas derajatnya sangat lemah sekali, karena di dalam sanadnya ada rawi yang bernama Bqiyah bin Walid. Para ulama menyebutkan bahwa dia sering melakukan tadlis ( menyembuyikan rawi yang dho’if ), begitu juga dalam riwayat-riwayat lain dari hadist di atas selalu ada rawi yang sangat lemah, Sehingga hadist ini tidak bisa diterima.



Ustadz bagaimana kedudukan sholat hajat, karena sebagian orang mengatakan itu ada dalilnya, tolong dijelaskan !

Jawaban :

Pada dasarnya sholat hajat itu pernah dilakukan oleh Rasulullah saw, tetapi tata caranya adalah sebagaimana seseorang melakukan sholat sunnah lainnya. Hal ini berdasarkan hadist Khudaifah bin Yaman ra bahwasanya ia berkata :

كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا حزبه أمر صلى

“ Bahwasanya nabi Muhammad saw jika menghadapi sesuatu, maka segera melaksankan sholat “ ( Hadist Hasan Riwayat Abu Daud )



Hal ini di kuatkan dengan hadist yang menyebutkan bahwa salah seorang sahabat yang buta pernah datang kepada nabi Muhammad saw untuk meminta agar dido’akan supaya dia bisa melihatnya lagi. Kemudian beliau saw memerintahkan untuk melakukan banyak sholat dan berdo’a ( HR Ibnu Majah )



Adapun Sholat Hajat yang tidak boleh dilaksanakan adalah sholat hajat dengan tata cara tertentu yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah saw. Diantara tata cara yang tersebut dalam hadist-hadist dhoif, mungkar atau palsu adalah sebagai berikut :

1. Reka’at pertama membaca Al Fatihah dan Ayat Kursi
2. Reka’at kedua membaca 2 ayat terkahir dari surat Al Baqarah
3. Setelah salam membaca : “ Allahumma Ya Muannisa kula anis ……dst
4. Dalam riwayat lain : harus didahului dengan puasa hari rabu , kamis dan jum’at dan berjumlah 12 reka’at, begitu juga ada riwayat ketiga dan keempat dan seterusnya, masing-masing dari riwayat tersebut menyebutkan tata cara yang berbeda- beda.



Tata cara khusus sholat hajat yang disebutkan di atas adalah batil, tidak mempunyai dasar yang kuat dan tidak boleh sama sekali diamalkan, kecuali sholat hajat mutlak, seperti sholat-sholat sunnah lainnya, sebagaimana yang telah diterangkan di atas.



Apa sebenarnya yang disebut sholat awwabin, dan apakah kita boleh melakukan sholat antara maghrib dan Isya ?

Jawaban :

Sholat Awwabin artinya adalah sholatnya orang-orang yang mendekatkan diri kepada Allah swt. Sholat Awwabin ini nama lain dari sholat Dhuha. Dalilnya adalah hadist Abu Hurairah ra bahwasanya ia berkata :

لا يحافظ على صلاة الضحى إلا أواب ، وهي صلاة الأوابين

“ Tidaklah yang bisa menjaga sholat Dhuha kecuali orang-orang yang mendekatkan diri dengan Allah swt, dan Sholat Dhuha itulah yang disebut Sholat Awwabin “ ( Hadist Shohih Riwayat Ibnu Khuzaimah )

Dari hadist di atas diketaui bahwa Sholat Awwabin adalah Sholat Dhuha. Adapun pendapat yang mengatakan bahwa Sholat Awwabin adalah sholat sunnah antara Maghrib dan Isya’ maka tidak benar.

Siapa saja dibolehkan untuk mengerjakan sholat sunnah antara Maghrib dan Isya secara mutlak dan adapun tata caranya adalah seperti tata cara sholat-sholat sunnah lainnya. Dalilnya adalah Anas ra :

كان يصلي ما بين المغرب والعشاء

“ Bahwasanya ia pernah melakukan sholat antara Maghrib dan Isya’ ( Hadist Shohi Riwayat Baihaqi )

Selain itu, dikuatkan juga dengan dalil-dalil yang membolehkan sholat sunnah secara mutlak, yaitu sholat sunnah yang dilakukan kapan saja, selain waktu-waktu terlarang, jumlah reka’atnya tidak dibatasi.

Yang tidak dibolehkan adalah mengerjakan sholat sunnah antara Maghrib dan “Isya dengan dengan cata-cara tertentu yang tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah saw seperti :

1/ Jumlahnya 6 atau 12 reka’at.

2/ Setiap reka’at harus membaca surat Al Ikhlas 40 hari.

Diantara bunyi hadist palsu tentang sholat antara Mahrib dan Isya ‘ adalah sebagai berikut :

من صلى بعد المغرب ست ركعات غفرت له ذنوبه وإن كانت مثل زبد البحر

“ Barang siapa yang sholat setelah Maghrib enam reka’at, niscaya akan dimapuni dosa-dosanya walaupun sebanyak buih buih yang ada di lautan “ ( Hadist Mungkar Riwayat Thabrani )



Hadist di atas adalah hadist mungkar karena di dalamnya ada rawi-rawi yang yang tidak dikenal, diantaranya adalah rawi yang bernama : Sholeh bin Qatn, dan orang ini tidak dikenal.



Ustadz bagaimana tata cara sholat Taubat yang benar itu ?

Jawaban :

Sholat Taubat yang dianjurkan dalam Islam adalah yang tata caranya adalah seperti sholat-sholat sunnah lainnya, adapun jumlah reka’atnya tidak ada batas tertentu, dibolehkan dengan dua reka’at seperti yang termaktub pada hadist yang akan disebut di bawah nanti, dibolehkan juga lebih dari itu. Memang di dalam hadist tersebut tidak disebutkan atau dinamakan sholat Taubat, tetapi selama tata caranya benar, maka pemberian nama tidak ada masalah. Hadist yang menunjukkan Sholat Taubah adalah hadist Abu Bakar as-Sidiq ra bahwasanya Rasulullah saw bersabda :



ما من عبد يذنب ذنبا فيحسن الطهور ثم يقوم فيصلى ركعتين ثم يستغفر الله إلا غفر الله له

“Tidaklah seorang hamba melakukan suatu perbuatan dosa lalu dia bersuci dengan sebaik-baiknya, kemudian dia berdiri dan mengerjakan shalat dua rakaat, dan disusul dengan memohon ampunan kepada Allah melainkan Allah akan memberikan ampunan kepadanya” (Hadist Shahih Riwayat Abu Dawud)

Adapun sholat Taubat dengan tata cara khusus yang sering dilakukan oleh sebagian kaum muslimin adalah sholat Taubat yang tidak boleh diamalkan karena -hadist yang menyebutkan hal tersebut adalah hadist palsu. Tata cara yang disebutkan dalam hadist palsu tersebut adalah sebagai berikut :

1. harus didahului dengan mandi malam senin setelah sholat witir
2. jumlahnya 12 reka’at
3. pada setiap reka’atnya membaca surat Al Fatihah dan surat Al Kafirun satu kali, kemudian membaca surat Alikhlas 10 kali.
4. kemudian berdiri lagi dan sholat empat reka’at
5. setelah salam hendaknya melakukan sujud dan membaca ayat kursi dalam sujud
6. kemudian duduk dan beristighfar 100 kali dan sholawat 100 kali juga.....dst



Para ulama menyebutkan bahwa hadist tersebut palsu, dan tidak boleh diamalkan sama sekali.



Bolehkah kita melakukan sholat malam 10 Muharram, sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin, seandainya boleh apa dalilnya ?

Jawaban :

Tidak ada satupun dalil yang shahih tentang sholat 10 muharram. Hadist yang menyebutkan tentang masalah itu adalah hadist palsu, adapun bunyinya adalah sebagai berikut :

“ Barang siapa yang menghidupkan malam 10 Muharram, seakan-akan beribadat kepada Allah sebagaimana ibadahnya penghuni langit. Dan barang siapa yang sholat empat reka’at dan membaca setiap reka’at Alhamdulillah satu kali dan membaca surat Al Ikhlas 50 kali, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya pernah dikerjakannya selama 50 tahun yang lalu dan dosa-dosa yang akan dikerjakannya 50 tahun yang akan datang, dan akan dibangun baginya di langit nanti 1000 mimbar dari cahaya. “

Menurut para ulama bahwa hadist di atas adalah hadist palsu dan tidak boleh diamalkan sama sekali.



Ustadz pada waktu wukuf di arafah ada sebagian orang yang mengerjakan sholat antara Dhuhur dan Ashar, katanya itu ada hadistnya, benarkah demikian ? , mohon penjelasannya !

Jawaban :

Sebagian kalangan menyebutkan sholat tersebut dengan sholat Hari Arafah. Setelah diteliti oleh sebagian ulama, ternyata tidak didapatkan hadist shahih yang menjelaskan hal itu. Yang ada hanyalah hadist palsu yang dinisbatkan kepada Abu Hurairah ra.

Hadist palsu tersebut sangat panjang, tetapi bunyi depannya adalah sebagai berikut :

“ Barangsiapa yang sholat pada hari Arafah antara Dhuhur dan Ashar 4 reka’at, membaca pada setiap reka’at surat Al fatihah satu kali dan surat al Ikhlas 50 kali, maka Allah akan memberikan pahala baginya seribu kali seribu kebaikan dan dia akan diangkat dengan setiap satu huruf satu derajat di syurga....dst “

Hadist tersebut palsu karena diriwayatkan oleh Nahas bin Qahm Al Bashri, dia adalah tukang cerita yang tidak bisa dipercaya omongannya, sehingga hadist palsu di atas tidak boleh diamalkan.



Pada setiap datang bulan Ramadhan, tepatnya pada hari Jum’at terakhir dari bulan tersebut, sebagian masyarakat mengerjakan sholat yang katanya bisa menghapus seluruh sholat yang tertingal selama hidupnya, bagaimana sebenarnya ustdaz ?

Jawaban :

Hadist yang menyebutkan sholat jum’at akhir Ramdhan tersebut adalah hadist batil dan palsu, tapi sayangnya hadist yang batil ini dicantumkan dalam beberapa buku fiqh. Bunyi hadist tersebut adalah sebagai berikut :

“ Barang siapa yang mengerjakan salah satu sholat dari sholat-sholat yang wajib pada jum’at terakhir dari bulan Ramadlan, maka hal itu akan menghapus seluruh sholat yang tertinggal selama 70 tahun dari umurnya “

Hadist di atas jelas batil dan palsu karena tidak mungkin sekali sholat bisa menggantikan seluruh sholat yang pernah ditinggalkannya selama hidupnya. Selengkapnya...