Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Senin, 28 Desember 2009

tes 123

Hal-hal inilah yang menjadikan kaum migran biasanya lebih agresif, lebih gesit, dan lebih cekatan dalam menangkap peluang yang ada di tempat yang baru. Tantangan dan rasa kurang nyaman menyebabkan mereka harus selalu sigap dan mampu untuk mengubah berbagai kesulitan menjadi keuntungan di masa depan.

Tetapi jika kaum migran ini tidak memiliki visi yang kuat dan segera tenggelam pada kenyamanan yang mungkin ditemukan di tempat yang baru, maka mereka tidak akan mampu merespon berbagai tantangan yang ada dan akan mengabaikan berbagai peluang yang lewat di depan mata mereka.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam dan para sahabat yang berhijrah ke Madinah juga sempat merasakan ketidaknyamanan di tempat yang baru (Madinah). Abu Bakar al-Shiddiq dan Bilal bin Rabah radhiyallahu ’anhuma sempat sakit demam pada hari-hari awal mereka di Madinah karena keadaan di kota tersebut yang lebih panas dan karena kerinduan mereka pada Mekah. Tapi berkat doa Nabi, maka semua ketidaknyamanan itu berhasil mereka lalui dengan baik. Kaum Muslimin yang berasal dari Mekah memang merasakan ujian yang berat menjelang mereka keluar dari kota Mekah. Tapi ketika mereka berhijrah ke Madinah, maka ujian dan tantangan yang mereka terima bukannya makin ringan. Mereka menghadapi suasana geografis yang berbeda dengan tempat tinggalnya dulu, mereka pindah ke Madinah dalam keadaan tidak memiliki harta, masyarakat Madinah pada awalnya juga bersifat majemuk dan rentan terhadap konflik. Selain itu, mereka juga menghadapi ancaman serangan dari luar. Namun, dibawah arahan Nabi shallallahu ’alaihi wasallam mereka berhasil menyikapi semua tantangan tersebut dengan tepat. Sehingga mereka pada akhirnya keluar sebagai pemenang. Selengkapnya...

Hijrah: Dari Kejahilan Menuju Ilmu


Seorang Muslim juga perlu melakukan hijrah yang bersifat maknawi, berpindah dari kekufuran pada keimanan. Dari kejahilan kepada ilmu Oleh: Alwi Alatas*

Hidayatullah.com--Kita telah memasuki tahun baru Hijriah 1431. Setiap memasuki bulan Muharram kaum Muslimin selalu mengenang perjalanan hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam beserta para sahabatnya dari Mekah ke Madinah. Komunitas Muslim di Mekah ketika itu berada dalam keadaan tertindas dan terdzalimi, sehingga mereka tidak memiliki pilihan lain selain bermigrasi ke tempat yang baru, yaitu Madinah. Rasulullah sendiri berangkat dari Mekah bersama Abu Bakar al-Shiddiq di malam hari pada akhir bulan Safar tahun pertama Hijriah. Keduanya bersembunyi di gua Tsaur di Selatan Mekah selama tiga hari hingga tanggal 1 Rabiul Awwal. Setelah itu keduanya berangkat menuju Madinah hingga tiba di Quba (di Selatan Madinah) pada hari Senin, 8 Rabiul Awwal. Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam membangun sebuah masjid di Quba’ dan menetap di wilayah tersebut selama empat hari. Barulah setelah itu beliau masuk ke Madinah dengan disambut oleh masyarakat kota tersebut. Ada banyak pelajaran yang terdapat di dalam kisah hijrah. Tulisan ini akan membahas beberapa hal penting terkait dengan fenomena hijrah.

Hijrah secara bahasa berarti perpindahan atau migrasi dari satu tempat ke tempat yang lain. Fenomena migrasi sebetulnya merupakan fenomena yang sangat tua dalam sejarah umat manusia. Sejak awal peradabannya selalu kita dapati sekelompok manusia yang melakukan perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lain. Motif perpindahan manusia ini sangat beragam. Banyak orang yang memutuskan untuk bermigrasi karena dorongan ekonomi. Pada zaman dulu mereka berpindah dari satu wilayah yang kurang subur ke wilayah yang lebih subur. Pada masa-masa berikutnya, hingga sekarang ini, manusia berpindah dari satu negeri yang lemah pengelolaan ekonominya ke negara yang lebih menjanjikan secara ekonomi. Orang-orang China yang berpindah dan menetap di banyak negeri di dunia, juga mewakili motif ini.



Sekelompok manusia lainnya bermigrasi, atau terpaksa pindah, karena alasan-alasan politik. Kekaisaran Romawi kuno terkadang memindahkan suku-suku barbar tertentu ke tempat yang jauh dari pusat kekuasaan agar mereka tidak menjadi gangguan bagi pemerintah. Persoalan politik juga yang mendorong orang-orang Yahudi berdiaspora ke berbagai belahan dunia setelah al-Quds (Yerusalem) ditaklukkan oleh bangsa Romawi pada tahun 70-an Masehi. Pada masa sekarang ini kita mendapati sekelompok orang yang bermigrasi dalam rangka mencari suaka politik, seperti kaum komunis Indonesia yang menetap di BelAnda pasca gagalnya revolusi yang mereka lakukan pada tahun 1965.

Persoalan sosial, terutama konflik horizontal yang terjadi di antara suku-suku bangsa juga bisa menjadi motif migrasi. Inilah sebagian alasan mengapa, misalnya, suku-suku Bani Kahlan di Yaman melakukan migrasi ke Utara. Konflik mereka dengan Bani Himyar menjadi salah satu penyebabnya. Salah satu anggota Bani Kahlan, yaitu Tsa’labah bin Amr, berpindah ke Hijaz dan belakangan menetap di Yastrib (yang pada zaman Nabi berganti nama menjadi Madinah). Keturunan dari cucu-cucu Tsa’labah inilah, yaitu Bani Aus dan Khazraj, yang nantinya menyambut Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam dan para Muhajirin untuk tinggal di kota mereka.

Terkadang migrasi juga didorong oleh terjadinya bencana alam. Pada tahun 920-an Masehi kerajaan Mataram Kuno di bawah Mpu Sindok memindahkan pusat pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur, kemungkinan besar dipicu oleh erupsi Gunung Merapi. Perpindahan pusat pemerintahan ini tentu saja diikuti oleh perpindahan masyarakat ke pusat pemerintahan yang baru. Pecahnya bendungan Ma’rib di Yaman pada tahun 450-451 Masehi merupakan contoh lain. Bencana tersebut menyebabkan kemunduran Yaman dan mendorong suku-suku yang ada di sana bercerai-berai dan berpindah tempat.

Terlalu banyak contoh untuk disebutkan disini. Yang jelas, banyak manusia telah melakukan migrasi pada berbagai kurun sejarah yang mereka lalui. Manusia telah ‘bergerak’ sejak permulaan eksistensinya sebagaimana bergeraknya tanah yang mereka pijak (lempeng benua).

Di samping motif-motif yang telah diterangkan di atas, ada segolongan manusia yang bermigrasi dengan motif berbeda. Mereka tidak berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain melainkan dengan dilAndasi iman kepada Allah. Mereka menjadikan Allah dan Rasul-Nya sebagai alasan utama dibalik perpindahan yang mereka lakukan. Inilah yang terjadi pada para Nabi dan orang-orang shalih sepanjang sejarah. Sebagian Nabi melakukan migrasi bersama para pengikutnya setelah penentangan kaum di tempat tinggal mereka memuncak dan Allah memutuskan untuk menghukum mereka. Kita juga mengetahui bagaimana Nabi Ibrahim ’alaihis salam memindahkan istri dan anaknya ke lembah Mekah yang kemudian mengawali sejarah kota tersebut. Kita juga membaca kisah Nabi Yusuf ’alaihis salam yang mengajak ayah dan saudara-saudaranya untuk bermigrasi ke Mesir. Lalu beberapa abad kemudian, ketika tekanan dari rezim Fir’aun yang baru telah menyebabkan Bani Israil jatuh dalam penindasan, Nabi Musa ’alaihis salam muncul dan memperjuangkan pemindahan umatnya dari Mesir ke Palestina.

Migrasi telah dilakukan baik oleh para Nabi dan orang-orang shalih maupun oleh kelompok masyarakat lainnya. Yang membedakan adalah motif utama mereka. Nabi shallallahu ’alaihi wasallam pernah bersabda tentang orang yang berhijrah dari Mekah ke Madinah karena perempuan yang disukainya. ”Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya .... Barangsiapa yang hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu karena Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang hijrah karena kesenangan dunia atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya.” (HR Bukhari dan Muslim).

Dua orang yang sama-sama bermigrasi belum tentu memiliki niat dan tujuan yang sama. Hasil yang akan diperoleh keduanya juga tentu akan berbeda.

Dari fisik menuju ilmu

Terlepas dari motif yang telah dijelaskan di atas, fenomena migrasi memiliki penjelasan lain yang juga menarik. Orang-orang yang bermigrasi, bagaimanapun juga, biasanya terpaksa meninggalkan keadaan yang cukup nyaman kepada keadaan yang kurang atau bahkan tidak nyaman. Orang yang berpindah ke tempat baru biasanya akan berhadapan dengan banyak tantangan yang lebih besar yang pada tingkat tertentu akan memberikan suasana tidak nyaman, setidaknya pada masa awal perpindahannya. Namun jika mereka berhasil merespon tantangan tersebut dengan baik, maka mereka akan muncul sebagai manusia dan masyarakat yang lebih baik dari sebelumnya.

Ketika berpindah ke tempat yang baru, mereka biasanya akan menghadapi iklim dan suasana geografis yang berbeda, berhadapan dengan komunitas dengan budaya dan tradisi yang berbeda. Hal ini tentu saja akan menimbulkan rasa tidak nyaman. Tetapi pada saat yang sama tempat yang baru juga menyajikan berbagai tantangan dan peluang yang mungkin tidak mereka dapati di tempat sebelumnya. Rasa tidak nyaman dan berbagai tantangan yang ada di tempat yang baru pada gilirannya akan mendorong seseorang untuk keluar dari sifat ’santai’ (idle) kepada karakter yang lebih gesit dan cekatan dalam memberikan respon. Kadang perpindahan ke tempat yang baru, ketika tidak diikuti dengan integrasi dengan masyarakat setempat, juga menciptakan rasa keterasingan (alienasi) yang jika direspon secara tepat akan mendorong seseorang untuk bersikap kompetitif dan sanggup bersaing dengan kelompok masyarakat di sekitarnya. Sebaliknya, jika terjadi proses integrasi yang baik, seperti pada kasus kaum Muhajirin dan Anshar, maka akan memunculkan semangat untuk saling tolong menolong dan saling menguatkan di antara para pendatang dan penduduk yang menerima mereka.

Hal-hal inilah yang menjadikan kaum migran biasanya lebih agresif, lebih gesit, dan lebih cekatan dalam menangkap peluang yang ada di tempat yang baru. Tantangan dan rasa kurang nyaman menyebabkan mereka harus selalu sigap dan mampu untuk mengubah berbagai kesulitan menjadi keuntungan di masa depan. Tetapi jika kaum migran ini tidak memiliki visi yang kuat dan segera tenggelam pada kenyamanan yang mungkin ditemukan di tempat yang baru, maka mereka tidak akan mampu merespon berbagai tantangan yang ada dan akan mengabaikan berbagai peluang yang lewat di depan mata mereka.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam dan para sahabat yang berhijrah ke Madinah juga sempat merasakan ketidaknyamanan di tempat yang baru (Madinah). Abu Bakar al-Shiddiq dan Bilal bin Rabah radhiyallahu ’anhuma sempat sakit demam pada hari-hari awal mereka di Madinah karena keadaan di kota tersebut yang lebih panas dan karena kerinduan mereka pada Mekah. Tapi berkat doa Nabi, maka semua ketidaknyamanan itu berhasil mereka lalui dengan baik. Kaum Muslimin yang berasal dari Mekah memang merasakan ujian yang berat menjelang mereka keluar dari kota Mekah. Tapi ketika mereka berhijrah ke Madinah, maka ujian dan tantangan yang mereka terima bukannya makin ringan. Mereka menghadapi suasana geografis yang berbeda dengan tempat tinggalnya dulu, mereka pindah ke Madinah dalam keadaan tidak memiliki harta, masyarakat Madinah pada awalnya juga bersifat majemuk dan rentan terhadap konflik. Selain itu, mereka juga menghadapi ancaman serangan dari luar. Namun, dibawah arahan Nabi shallallahu ’alaihi wasallam mereka berhasil menyikapi semua tantangan tersebut dengan tepat. Sehingga mereka pada akhirnya keluar sebagai pemenang.

Sebagaimana dijelaskan oleh Nabi shallallahu ’alaihi wasallam, sekarang ini sudah tidak ada lagi hijrah. Artinya, jika dulu kaum beriman diperintahkan bermigrasi dari Mekah ke Madinah dan mereka mendapat pahala untuk hijrahnya tersebut, maka setelah penaklukkan kota Mekah perpindahan semacam itu sudah tidak diperintahkan lagi. Hal ini agar orang tidak mengira bahwa migrasi merupakan hal yang wajib dalam agama, sehingga setiap manusia dari satu generasi ke generasi lain akan selalu melakukan hijrah kendati tuntutan untuk itu sama sekali tidak ada. Walaupun demikian, hal ini sama sekali tidak menafikan bahwa pada waktu-waktu tertentu ada sekelompok kaum Muslimin yang melakukan migrasi. Yang paling penting untuk mereka perhatikan dalam hal ini adalah niat yang baik dalam proses migrasi mereka serta kesiapan dan kegigihan mereka untuk berjuang di tempat yang baru. Dengan begitu, mereka akan mampu tampil ke muka sebagai problem solver bagi persoalan-persoalan yang ada.

Di samping hijrah secara fisik (migrasi), tentu saja masih ada hijrah dalam bentuk yang lain, yaitu hijrah secara maknawi. Hal ini telah banyak dijelaskan oleh para ulama dan pemikir Muslim kontemporer. Seorang Muslim juga perlu melakukan hijrah yang bersifat maknawi dalam kehidupannya ini, yaitu berpindah dari kekufuran pada keimanan, dari kejahilan kepada ilmu, dari akhlak yang buruk kepada akhlakul karimah.

Perpindahan yang bersifat maknawi ini juga akan melibatkan rasa tidak nyaman pada prosesnya. Seseorang mungkin merasa nyaman dengan perilaku maksiyat, akhlak yang buruk, serta kebiasaan jahil yang dimilikinya. Nyaman, karena semua itu sejalan dengan hawa nafsunya dan tidak memerlukan pengorbanan diri, walaupun konsekuensinya adalah hilangnya kenyamanan dalam bentuk yang lain. Orang yang tenggelam dalam hawa nafsunya pada akhirnya akan merasakan kekosongan jiwa dan hukuman yang berat di akhirat. Itu adalah bentuk ketidaknyamanan yang jauh lebih serius.

Sebaliknya, sebagian orang memaksa dirinya untuk berpindah kepada ilmu dengan belajar; kepada keimanan dengan terus mendekatkan diri pada Allah; pada akhlak karimah dengan selalu membiasakan diri dengan perilaku yang baik. Proses ini tentu melibatkan perasaan tidak nyaman, setidaknya pada awal prosesnya, karena semua itu menuntut pengorbanan. Perubahan dari keadaan yang tidak baik pada keadaan yang baik juga akan memberikan berbagai tantangan yang tidak mudah. Namun, pada akhirnya semua itu akan tergantikan dengan kenyamanan yang jauh lebih besar dan langgeng, yaitu kemuliaan diri dan ketenangan jiwa serta keridhaan Allah dan surga-Nya.

Semoga dengan tahun baru 1431 Hijriah ini kita bisa menguatkan komitmen kita, pada tingkat individu maupun masyarakat, untuk berhijrah menuju ke kedudukan yang lebih baik di sisi Allah. [Kuala Lumpur, 3 Muharram 1431/20 Desember 2009/www.hidayatullah.com]
Penulis sedang mengambil program doktoral bidang sejarah di di Universiti Islam Antarabangsa, Malaysia Selengkapnya...

Jumat, 19 Juni 2009

Al Shabab Adakan Acara "nonton bareng" Film Jihad

Kelompok Mujahidin Al Shabab pada hari Ahad kemarin membuat acara "nonton bareng" video Jihad di kota Baidoa, Somalia. Dalam acara itu diperlihatkan film dokumenter Jihad di Somalia dan taktik perang Mujahidin Al Shabab.

"Ratusan warga di pusat Baidoa Bay di wilayah selatan Somalia pada hari itu berkumpul untuk menonton film yang diputar menggunakan layar besar, film yang diputar antara lain mengenai peperangan Mujahidin melawan pasukan pemerintah di berbagai kota di Somalia, kata Ahmad Noor penduduk kota Baidoa kepada Somaliwyn radio.

Setelah film selesai diputar dilanjutkan dengan ceramah para petinggi Al Shabab yang isinya mengajak penduduk untuk bergabung dan berjihad melawan pemerintah murtad Somalia.

Ini adalah film pertama yang disajikan Al Shabab mengenai perang Jihad di Baidoa setelah mereka menguasai kota tersebut, sebelumnya Al Shabab telah merilis beberapa film Jihad lain dan memutarnya ditempat-tempat umum seperti di Kismayo, agar film-film tersebut bisa dilihat masyarakat dan masyarakat mengetahui berita kemenangan Mujahidin.

Dalam film tersebut juga diperlihatkan sebuah tempat pelatihan atau kamp militer mujahidin yang diberi nama Mualim Adnan Hashi, nama kamp itu diambil dari nama salah satu komandan Al Shabab yang telah syahid. Dalam video tersebut Sheikh Mukhtar Robow Abu Mansur menawarkan kepada para pemuda untuk ikut berlatih menjadi mujahidin.

Para petinggi Al Shabab dalam video tersebut beberapa kali mengingatkan akan wajibnya berjihad, bagi setiap Muslim yang telah baligh dan berakal maka wajib berpartisipasi dalam jihad melawan pemerintahan presiden Sharif Ahmed dan pasukan perdamaian Afrika yang berada di Somalia.[muslimdaily.net/Somaliwyn] Selengkapnya...

Rabu, 10 Juni 2009

Birmingham Islamic Roadshow

Sabtu kemarin, 6 Juni 2009, saudara-saudara kita pengikut Ahlu Sunah Wal Jamaah berkumpul di pusat kota Birmingham kembali untuk menyebarkan ideologi Islam.

Acara berlangsung sekitar 4 jam, mulai pukul 1 siang sampai 5 sore, laki-laki dan perempuan berkumpul di pinggir jalan yang ramai tersebut dan terlibat diskusi yang bermanfaat antara Muslim dan non-Muslim (kafir), diskusi tersebut antara lain: pembicaraan tentang agama Kristen, perbandingan dengan Islam dan menjelaskan tentang detil masalah ekonomi, pengadilan, aturan dan sistem sosial didalam Islam.

Dalam acara di pinggir jalan dibawah guyuran hujan tersebut, dipampang spanduk besar yang membuat mata melirik untuk membaca, juga dipasang sound sistem yang boleh dipergunakan setiap peserta roadshow untuk berbicara bebas menjelaskan tentang Din Islam kepada publik.

Topik-topik yang dibicarakan pada event ini diantaranya : kejahatan aborsi, kenyataan tentang kejahatan kelompok geng di Birmingham dan solusi-solusi dari Islam, skandal yang dilakukan Perdana Menteri juga dibicarakan disini, juga tentang ketidakadilan hukum buatan manusia dan penjelasan tentang pokok ajaran Islam (tauhid).

Alhamdulillah, dalam acara tersebut empat orang non-Muslim secara pribadi menyatkan menolak paham kapitalis sebagai jalan hidup, dan diantara empat orang tersebut kemudian salah satunya akhirnya mengucap Syahadat, pernyataan masuk kepada Din Islam, dia adalah seorang pemuda berumur 11 tahun bernama Sean. Setelah mendengarkan keterangan dan penjelasan tentang Islam dia dengan tekad bulat mengucapkan Syahadat dan berubah menjadi Mualaf, Allahu Akbar.

Islamic Roadshow semacam ini rencananya akan dilakukan diseluruh Inggris Raya, mereka akan menjelaskan tentang implementasi syariah Islam dan berusaha menerapkannya, dan yang terpenting adalah untuk meninggikan bendera La Ilaaha Ilallah di seluruh penjuru

Sumber : http://muslimdaily.net Selengkapnya...

Tokoh PKS Menjual agama demi SBY?

Jakarta (arrahmah.com) - Peryataan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Tifatul Sembiring menuai badai. Peryataannya soal ‘selembar kain’ alias jilbab yang disampaikannya ketika konsolidasi DPD PKS Depok, di UI Selasa malam (9/6) mendapat banyak tanggapan yang menyesalkan. Setelah organisasi Wahdah Islamiyah (WI) yang keberatan dengan peryataan yang dianggap cukup menyakitkan itu, kini muncul kritik keras di beberapa situs dan blog. Berikut salah satu blog yang memberikan informasi tambahan serta kritikan pedas!

Dikutip dari blog jundullah-online

Tokoh PKS Menjual agama demi SBY?
Posted by Diposkan oleh jundullah-online On 5/30/2009 08:26:00 AM

Memang benar pepatah mangatakan selincah-lincah bajing meloncat pasti akan terjatuh pula/sepandai-pandai orang menyimpan bangkai niscaya akan tercium pula bau busuknya...!!!

Dal hal itu sama persisi dengan apa yang dilakukan para tokoh-tokoh PKS yang selama ini berdalih barasaskan partai agamis/religius tapi pada kenyataanya tidak lain seperti partai-partai lain yang mengekor pada sistem DEMOKRASI,yang demi leyeh-leyeh ( duduk-duduk santi ) di gedung DPR/MPR mereka mengubah hukum Allah Swt,menyepelekan masalah amanah,dan lalai dari adzab apa yang akan di perolehnya nanti di akhirat,MasaAllah....!!!

Seperti yang talah kita saksikan bersama di media Elektronik,Suara,maupun cetak bahwa "Tokoh PKS dibawah ini sepertinya menjual agama demi SBY. Setelah kader2 PKS banyak mempermasalahkan jilbab Ani Yudhoyono (istri SBY), kini giliran tokohnya yang melarang Ani Yudhoyono....dengan alasan elektabilitas dalam pemilu 2009....
Setelah dipandang sebagai pihak yang mengusulkan agar Bu Ani Yudhoyono memakai jilbab, kini PKS justru menyarankan hal sebaliknya. Ketua DPP PKS Zulkieflimansyah meminta Bu Ani tidak menutup auratnya menjelang pemilu.

"Bu Ani jangan pakai jilbab menjelang pemilu. Elektabilitas berpengaruh malah jadi blunder," katanya kepada wartawan di Gedung DPR, Jumat (29/5/2009).

Pria yang akrab disapa Zul ini mengatakan kalau partainya tidak pernah memaksa-maksa istri SBY itu memakai jilbab. Dalam memakai jilbab tidak ada paksaan."Memakai jilbab memang disarankan dalam agama Islam. Tentu saja tidak ada paksaan. Apalagi Ibu Ani sebagai simbol negara,"Peran Ibu Ani dalam elektabilitas pasangan SBY-Boediono sangat penting. Alih-alih mendapat kesan positif, elektabilitas SBY-Boediono bisa turun karena Ibu Ani tiba-tiba berjilbab ,Bagaimana kalau Bu Ani memakai jilbab karena tekanan parpol kompetitor? Tentu saja bisa malah menurunkan elektabilitas SBY," tandasnya...!!!

walaaah, partai yang ngaku berasaskan ajaran islam ternyata melarang seorang muslimah berjilbab demi mendapat kursi di DPR/MPR,dan bilang bahwa berjilbab tidak ada paksaan,gitu masih banyak kader yang masih ngikut sama Partai Kesurupan Setan (PKS ) ini dan membela mati-matian,rela berpanas-panasan ditengah lapangan saat kampanye dan parahnya banyak yang terlambat waktu bahkan tidak sedikit yang meninggalkan sholatnya

Memang tuh bener....PKS mukanya banyak sekali....yak?

Partai Kita Semua...katenye...pake bawa simbol islam....

Mbok dicopot aja simbolnya....memalukan aja

Yang jelas ga tokoh agama ga non agama semua rebutan kursi

Semua dilakoni demi kursi .... kita liat aja mana yang lontong mana yg sayur

Buat PKS mah semua jalan dihalalin...yang penting nafsu syahwat kekuasannya bisa terpenuhi...

PLINTAT PLINTUT, GA DAPET JATAH WAPRES MENTERI PUN JADI, YANG PENTING DAKWAH JALAN TERUS...

Prettttttttttttttttttttt....

Serendah inikah akhlak tokoh-tokoh PKS?

Selengkapnya...

Kamis, 04 Juni 2009

Pernyataan Syaikh Usamah



Pemimpin tandzim Al Qaeda Syaikh Usamah bin Ladin dalam pesan terbarunya yang disiarkan jaringan Al Jazeera hari ini, mengatakan bahwa Barrack Obama si presiden Amerika Serikat mengikuti kebijakan para pendahulunya, yaitu "memusuhi Islam".

"Dia mengikuti langkah-langkah para pendahulunya dalam memusuhi Muslim.. dan meletakkan pondasi untuk peperangan yang panjang". Begitu salah satu isi pesan beliau, sejenak setelah Barrack Obama tiba di Arab Saudi hari Rabu ini.

"Obama dan pemerintahannya telah menunjukkan benih kebencian baru Amerika" kata beliau merujuk pada klaim Amerika yang mendukung Pakistan dalam memerangi Taliban Swat.

Beliau juga mengingatkan kepada warga Amerika akan resiko perang panjang karena kebijakan-kebijakan pemerintah baru Amerika.

"Biar orang-orang Amerika bersiap-siap memanen apa yang telah ditanam gedung putih pada tahun sebelumnya dan berikutnya", kata beliau.

Sehari sebelumnya, sahabat Syaikh Usamah yaitu Syaikh Ayman al Zawahiri juga memunculkan pernyataan dan pesan barunya mendesak Mesir untuk menolak Obama dan menyatakan bahwa perjalanan Obama ke Timur Tengah adalah dari undangan "para penyiksa Mesir" dan para "budak Amerika".

Syaikh Ayman juga menyatakan jika Obama adalah "kriminal" yang tidak disambut di Mesir

Selengkapnya...

Kelompok Perlawanan Irak Angkat Sheikh Dhari Sebagai Jurubicara


Kelompok Jihad dan Front Perubahan, salah satu kelompok jihad besar di Irak bersama beberapa faksi perlawanan seperti Asaib al Iraq al jihadiyah, the Mujahideen Army dan tentara Imam Ahmad bin Hanbal bersama-sama memberikan pernyataan tentang pengangkatan Sekjen Persatuan Ulama Muslim Iraq (HEYET). Mereka menunjuk Dr. Hareth Sulaiman al Dhari sebagai sekjen sekaligus sebagai jurubicara dan rujukan untuk arena internasional.



Pernyataan kelompok perlawanan tersebut menyebutkan bahwa mereka memberikan kuasa bagi Sheikh Dhari untuk berbicara dan bernegosiasi dalam kancah politik di forum-forum untuk mempertahankan indahnya darah syuhada yang mengalir di tanah Irak dimana hak dan kehormatan telah di banyak dilanggar.

Deklarasi pemberian kuasa dan kepercayaan

Kami Jihad and Change Front, Asaib al Iraq Jihad, the Mujahideen Army and the Army of Imam Ahmad Ibn Hanbal akan menyatakan hal-hal berikut:

1.Menyatakan memberikan kepercayaan kepada Sheikh Harith al Dari sebagai sekjen Persatuan Ulama Muslim Iraq (HEYET). Kami percaya bahwa beliau mampu dan mumpuni dalam permasalah prinsip dasar perlawanan dan jihad di Irak. Orang yang tepat untuk posisi ini adalah beliau dan tidak ada saat ini yang menggantikannya, bahkan nyawanya menjadi taruhan.

2.Kami memilih Sheikh Dari sebagai jurubicara dan negosiator dalam hal politik yang urusannya dengan kami untuk berbicara di berbagai forum dan pertemuan untuk mempertahankan indahnya darah para syuhada yang telah mengalir di tanah Irak yang hak dan kehormatannya telah dilanggar.

Untuk sheikh kami, kami membebankan beban yang berat di pundakmu, karena kami telah berketetapan hati dan bertekad bulat memilih anda, dan perintah jihad adalah yang tertinggi atas nama Allah.

Allahu Akbar, Allah Maha Besar dan dia adalah pelindung kami dan orang-orang kafir itu tidak ada pelindung bagi mereka.

Pendukung :

1- Jihad and Change Front

1. 1920 Revolution Brigades
2. The Army of Rashedeen
3. The Army of Muslims in Iraq
4. The Islamic Movement of Iraqi Mujahedeen
5. Jund Al-Rahman Brigades in Iraq
6. Da’wah and Ribat Brigades
7. Al Tamkeen Brigades
8. Muhammad al Fatih Brigades
9. The Army of Tabeeyn
10. Jihad Army

2- Asaib al Iraq al Jihadiyyah

3- The Army of Mujahideen Murabiteen

4- The Army of Imam Ahmad bin Hanbal
Selengkapnya...